Minggu, 15 Februari 2015

SImpulan

Apapun itu aku tidak tahu. Pertama dan yang utama adalah aku ingin hidup dengan kebahagiaan dan penuh rasa syukur. Meski sulit akan berusaha dijalani. Memikirkan hal yang lalu biarlah berlalu. Langit pun tak selamanya mendung.
Aku ingin menyongsong matahari hangat yang menyapa lembutnya kulit dengan indah untuk saat ini. Tak peduli apa itu rasa sakit, kekecewaan, dan juga ketidak ikhlasan. Karena dibalik itu semua aku yakin Tuhan telah mengatur semuanya. Semua yang terbaik untukku. Suatu saat, dimana dia mungkin akan teringat walau sedetik tentang hal itu, aku berharap aku telah berbahagia dan takkan mengingatnya dan hal itu lagi.
Meski sendiri, aku yakin aku selalu dalam lindungan hangatnya kasih sayang orang-orang terdekat, keluarga dan juga Tuhan.
Pilihan yang sulit, cukup rumit dan harus mampu melewatinya walau dengan derai air mata.
Aku hanya tak ingin menyusahkannya. Meski ada beberapa yang bilang, akulah nantinya yang akan kesusahan.
Yah, tapi apa yang bisa kulakukan? Toh, dia acuh. Kenapa juga aku harus peduli pada orang yang acuh?
Karena titian hidup masih begitu panjang. Berharap mampu menjalaninya dengan penuh kebahagiaan sudah cukup. Ya, walau rasanya cukup untuk kesendirian. Untuk sekarang hingga masa yang mungkin tidak dapat ditentukan.

Banjarmasin, 12 Februari 2015

Senin, 09 Februari 2015

Frase Berikutnya

Apa bagusnya dari sebuah kebohongan? kadang ada beberapa orang yang menganggap berbohong itu selalu hal yang berdosa. Tapi bagaimana jika kebohongan itu sendiri adalah hal yang harus dan mau tak mau perlu dilakukan demi sebuah kebaikan? Meski itu bukan kebaikan yang sebenarnya.
Hal yang perlu dipertanyakan adalah apakah kebohongan dapat tersimpan rapat hingga akhir hayat nantinya? Jika bisa aku berharap hal itu bisa dilakukan.
Kebohongan jenis apa dan bagaimana yang harus ditutupi dari semua orang. Ah bukan semua orang ada aku dan beberapa orang yang mungkin tau. Tapi tidak untuk kebenaran yang sesungguhnya. Mungkin hanya aku, dia dan Tuhan yang tau kebenarannya seperti apa dan bagaimananya. Hanya saja rasaku perlu untuk menutupinya, demi apa? aku sendiri tak tau. Apa yang menguntungkan untukku? tak ada. Dia bilang hal itu bukan hal yang yang berguna dan bisa dibilang tidak berguna. Meski dia mengatakannya tak secara langsung padaku. Tapi aku tau itu. Aku tak melebihkan kisahku kepada mereka yang mungkin tau sedikit dari sepenggal kisah yang hanya aku dan dia yang tau.
Mungkin aku yang seharusnya bertanya padanya. Apa yang harus kulebihkan dari kisahku kepada orang-orang yang begitu menyayangiku dengan penuh kasih? Lain lagi mungkin kisah yang dia bawa untuk beberapa orang terdekatnya.
Beberapa pertanyaan yang masih begitu manis melekat diotakku adalah Apa yang harus dia benci padaku? Lalu apa yang harus aku benci darinya? Aku tidak mengerti. Semuanya bahkan lebih dari warna abu-abu dibandingkan kisah masa-masa sekolah menengah atas yang ku alami.

Banjarmasin, 09 Februari 2015

Frasa Terakhir yang Ditemukan

Harusnya, seharusnya aku sudah pergi jauh darinya. Hilang dari pandangannya, melupakan semua kenangan tentangnya. Tapi kenapa? Hingga saat ini, detik ini aku masih terus manangisinya. Mengingat lagi bayangnya. Tetap ingat apa yg diucapkannya, walau menyakitkan. Aku letih, tapi aku juga tak mengerti. Kenapa aku begini? Apa yang salah denganku? Menjadi begini bukan aku sebenarnya. Tuhan, apa hukuman-Mu masih berlanjut? Haruskah sesakit ini? Aku tau dosa yang kuperbuat begitu besar dan menggunung. Tapi mohonku pada-Mu, masih bisakah aku dapat keringanan hukuman?
Aku resah Tuhan, aku juga lelah manangisi hal yang berlarut-larut. Tak ada gunanya? Memang aku tau. Tapi kenapa selalu resah? Untuk ikhlas aku bisa mengucapkannya. Tapi hatiku berkata hal sebaliknya Tuhan. Tolong perhatikan sedikit rasa sakitku Tuhan. Kali ini saja. Ku mohon Tuhan. Hanya diri-Mu Tuhan yang tau kebenaran sejatinya.

Banjarmasin, 30 Januari 2015