Senin, 31 Maret 2014

Laporan Praktikumm IV Zoologi Invertebrata (Platyhelminthes)



 
LAPORAN PRAKTIKUM III
ZOOLOGI INVERTEBRATA
( ABKC 2201 )

PLATYHELMINTHES

DOSEN PENGASUH :
Drs. Bunda Halang, MT
Mahrudin, S.Pd, M.Pd
Maulana Khalid Riefani, S.Si, M.Sc

Asisten Dosen :
M. Lutvi Ansari
Nur Izzatil Afifah

OLEH :
Refiana Okta Soradika
(A1C213045)
Kelompok  IVA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
MARET
2014
 

PRAKTIKUM  III
Topik              :  Platyhelminthes
Tujuan           :  1.   Mengetahui ciri morfologi dari filum Platyhelmintes.
2.      Mengamati cara gerak/jarak tempuh Platyhelminthes (Planaria)
3.      Mengamati cara makan Planaria
4.      Mengamati bagian-bagian tubuh/ciri pokok morfologi dari Fasciola hepatica.
Hari/ tanggal  : Kamis / 13 Maret 2014
Tempat           : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin
 

I.             ALAT DAN BAHAN

Alat :
A.    Mikroskiop
B.     Kaca benda
C.     Kaca penutup
D.    Kertas milimeter
Bahan :
Preparat/awetan  Planaria dan  Fasciola hepatica.

II.          CARA KERJA
Cara mendapatkan Planaria : habitat di perairan sungai, danau yang jernih, aliran air tidak terlalu deras dan dangkal. Berikan potongan daging/cacing tanah kecil pada sela-sela batu dan tidak terbawa aliran air, tunggu beberapa saat.
A.    Planaria
1.      Amati Planaria yang diletakkan pada cawan petri, yang telah diberi sedikit air dengan menggunakan loupe, gambarlah morfologi hewan tersebut dan amati bagaimana cara geraknya.
2.      Letakkan kertas milimeter di bawah cawan petri, catat waktu yang diperlukan untuk bergerak/berjalan dalam jarak 1 cm.
B.     Fasciola hepatica
Meletakkan preparat /awetan Fasciola hepatica, mengamati di bawah mikroskop struktur anatomi dari Fasciola hepatica, bagian mulut (anterior), system pencernaan, saraf, kelenjar vitellin, organ reproduksi dan menggambarkan serta memberi keterangan.

III.       TEORI DASAR
Platyhelminthes berasal dari kata Yunani : platy + helmintes ; platy = pipih, helmintes = cacing. Bila dibandingkan dengan Porifera dan Coelenterata, maka kedudukan Phylum Platyhelminthes adalah lebih tinggi setingkat. Hal itu dapat dilhat dengan ciri-ciri yang dimiliki, sebagai berikut: tubuh bilateral simetris (pipih), hidup di air tawar, mulut terdapat pada bagian ventral, memiliki bentukan seperti mata, mempunyai auricle, arah tubuh sudah jelas, yaitu mempunyai arah anterior – posterior dan arah dorsal – ventral, bersifat triploblastik, sebab dinding tubuhnya sudah tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan ektodermis, mesodermis, dan lapisan endodermis, sudah mempunyai sistem syaraf  yang bersistem tangga tali, yang terdiri dari sepasang ganglia yang membesar di bagian anterior  dan sepasang atau lebih syaraf yang membentang dari arah anterior ke posterior, tubuhnya sudah dilengkapi dengan gonad yang telah mempunyai saluran tetap dan juga alat kopulasi yang khusus.
 Tetapi hewan ini masih tetap tergolong hewan tingkat rendah, mengingat tubuh tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya (coelom), saluran pencernaan makanan belum sempurna, bahkan ada sebagian anggota yang tidak bersaluran pencernaan, alat kelaminnya masih belum terpisah ( hermafrodit ).
Platyhelminthes terdiri atas 3 kelas yaitu : Tubelaria, Trematoda, dan Cestoda. Planaria merupakan contoh dari kelas Trematoda. Planaria ini memiliki tubuh yang pipih, hidup di air tawar, mulut terdapat pada bagian ventral, memiliki bentukan seperti mata, dan mempunyai auricle. Hewan ini tidak memiliki anus, mempunyai daya regenerasi yang sangat baik. Sedangkan pada Fasciola hepatica juga memiliki tubuh yang pipih, tidak bersegmen, pada bagian mulut terdapat pengisap dan kadang-kadang mempunyai kait-kait, dan biasanya hewan ini hermafrodit.
Anggota dari Phylum ini yang telah dikenal meliputi 10.000 hingga 15.000 spesies. Dari sekian itu berdasarkan sifat-sifat khusus hewan dewasa, maka Phylum Platyhelminthes dapat dibagi menjadi tiga kelas, yaitu : kelas  Turbelaria, kelas Trematoda dan  kelas Cestoda.
1.  Kelas Turbellaria (cacing pipih berambut getar)
Permukaan tubuhnya bersilia, dan ditutupi oleh epidermis yang bersintium, hampir semua anggota kelas ini hidupnya bebas, hanya beberapa yang hidup secara ektokomensalis atau secara parasit,  tubuhnya dibagi atas segmen-segmen. Sebagian dari padanya dilengkapi dengan bulu-bulu getar, disamping itu juga dilengkapi dengan sel-sel yang dilengkapi dengan zat mukosa (lendir) Riwayat hidup cacing ini sangat sederhana.
Contoh : Planaria, Bipalium.
2.      Kelas Trematoda (cacing hisap)
Mempunyai 2 alat hisap, yaitu alat penghisap oral dan ventral. Hampir semua Trematoda bersifat parasit terhadap hewan vertebrata baik secara ekto maupun secara endoparasit. Tubuhnya tidak dilengkapi oleh epidermis maupun silia (kecuali fase larvanya). Tubuh berbentuk seperti daun, dan dilengkapi dengan alat penghisap. Bagian luar tubuh dilapisi kutikula
Contoh : Fasciola hepatica, Schistosoma japonicum.
3.      Kelas Cestoda (cacing pita)
Seluruh anggota kelas ini bersifat endoparasit. Tubuh tidak dilengkapi dengan epidermis maupun silia. Tubuh seperti pita dan pada umumnya terbagi atas segmen-segmen. Setiap segmennya dilengkapi dengan satu perangkat alat reproduksi yang hermafrodit. Tubuhnya  terdiri atas kepala (skolek), leher dan proglotid yang ukurannya makin besar dan makin dewasa ke arah belakang. Makanan diperoleh dengan menyerap zat makanan dari inangnya melalui seluruh tubuh. Contoh : Taenia solium.


V.          ANALISIS DATA
1.         Planaria sp.
Klasifikasi menurut Hegner&Engemen (1968) :
Kingdom       : Animalia
Filum             : Platyhelminthes
Kelas              : Turbellaria
Ordo              : Tricladida
Familia           : Tricladidae
Genus                        : Dugesia
Spesies           : Planaria sp
Planaria sp menunjukkan berbagai perilaku sebagai respon terhadap berbagai macam rangsang yang meliputi cahaya, sentuhan, aroma, dan rasa. Selain itu daya regenerasi Planaria sp sangat unik, dimana planaria mampu memperbaiki bagian tubuh yang tidak sempurna menjadi bagian yang utuh seperti semula dalam waktu yang relatif singkat (regenerasi yang tinggi).
Planaria merupakan hewan yang hidup bebas dengan habitat yang berbeda-beda, beragam dari perairan yang yang berarus lambat sampai pada perairan danau dan tertutupi oleh bebatuan atau dedaunan. Planaria merupakan organisme yang ideal untuk dipelajari karena kemampuannya untuk belajar yang cukup tinggi. Meskipun ia hanya memiliki system saraf yang sederhana, yakni hanya berupa ganglion-ganglion dan otak ‘primitive’ yang terkonsentrasi pada daerah ujung anterior (kepala) (Levin, 2005). Planaria merupakan pemakan makanan yang beraneka ragam (versatile feeder), ia juga mampu mencari-cari dan memakan bangkai hewan lain yang telah mati.
Planaria memiliki tubuh pipih (dorsoventral), bilateral simetri dan tidak bersegmen. Tubuh bagian dorsal memiliki auricle (aurikula/berbentuk telinga) dan eyespot (bintik mata), sedangkan tubuh bagian ventral terdapat mulut, pharynk, dan lubang kelamin. Tubuh memiliki peredaran darah, anus, dan coelom. Sedangkan system sarafnya masih sangat sederhana.
Mata planaria disebut dengan eye spot merupakan bintik mata yang sensitif terhadap cahaya matahari  sehingga planaria lebih banyak menghasbiskan banyak waktu di bawah bebatuan atau daun-daun.  Pada kepala terdapat bagian yang mirip dengan bentuk telinga (auricle) dipenuhi oleh banyak reseptor kimia. Menggerakan kepala yang kesatu sisi ke sisi lain sehingga menyebabkan planaria mengetahui atau merasakan adanya sinyal kimia (bau) yang berdifusi dari sumber makanan.
Planaria memiliki kemampuan untuk bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi secara seksual adalah musiman, dan merekan merupakan hermafrodit, yakni memiliki keduanya, organ kelamin jantan dan betina. Telur dari seekor planaria hanya bisa difertilisasi oleh sperma dari yang lainnya. Setelah fertilisasi, di habitat alaminya, telur-telur dan yolk dibungkus oleh lapisan lengket yang bisa melekat dibawah batu-batu. Setelah musim kawin, organ kelamin didegenerasi dan kemudian meregenerasi kembali saat musim kawin tiba kembali. Untuk bereproduksi secara seksual, planaria menjalani proses yang dinamakan pembelahan melintang (transverse fission). Tubuh planaria terbagi menjadi dua fragment di bawah farink dan setiap porsi meregenerasi bagian tubuh yang hilang oleh jalan sel bakal (stem cell) yang dinamakan neoblast.

2.        Fasciola hepatica
Klasifikasi menurut Hegner&Engemen (1968)
Kingdom                   : Animalia
Subkingdom             : Invertebrata
Phylum                      : Platyhelminthes
Classis                       : Trematoda
Order                        : Digenia
Familia                      : Digeniadae
Genus                        : Fasciola
Species                      : Fasciola hepatica
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap awetan Fasciola hepatica pada mikroskop, pada awetan ini terlihat morfologi cacing ini mulutnya terletak di sebelah anterior. Hewan ini hidup parasit dalam kantung empedu pada biri-biri, sapi, babi, dan lain-lainnya dan kadang ditemukan juga pada manusia. Fasciola hepatica atau disebut juga Cacing hati merupakan anggota dari Trematoda (Platyhelminthes). Cacing hati mempunyai ukuran panjang 2,5 – 3 cm dan lebar 1 - 1,5 cm.
Pada bagian depan terdapat mulut meruncing yang dikelilingi oleh alat pengisap, dan ada sebuah alat pengisap yang terdapat di sebelah ventral sedikit di belakang mulut, juga terdapat alat kelamin. Bagian tubuhnya ditutupi oleh sisik kecil dari kutikula sebagai pelindung tubuhnya dan membantu saat bergerak. Mulut terletak di sebelah anterior. Di sekitar mulut terdapat alat hisap. Alat ini terdapat juga di daerah ventral.  Kedua alat itu berfungsi sebagai alat penempel pada hospes. Antara mulut dan alat hisap ventral terdapat lubang genital sebagai jalan untuk mengeluarkan telur.
Lubang ekskresi terletak agak dekat dengan akhir posterior. Kecuali itu terdapat lubagng lain sebagai akhir dari saluran laurer. Sistem pencernaan sederhana, dimulai dari mulut, pharynx yang merupakan saluran pendek, esophagus, usus yang terdiri dari dua cabang utama yang menjulur dari anterior ke posterior sebelah-menyebelah dalam tubuh. Hewan ini tidak memiliki system sirkulasi, maka bahan makanan diedarkan oleh pencernaan itu sendiri. Alat hisap dilengkapi dengan otot-otot, sehingga menempel dengan erat pada hospes.
Otot ini terusun atas 3 lapisan di bawah ektoderm : (1)lapisan luar melingkar, (2)lapisan tengah, (3)lapisan dalam yang diagonal. System ekskresi pada Fasciola hepatica terdiri dari pembuluh-pembuluh yang bercabang-cabang yang mengadakan anyaman-anyaman dan sel-sel yang berbentuk seperti kantung yang disebut sel api. Pada masing-masing tubuh terdapat beberapa pembuluh pengumpul  yang membentang longitudinal.
Tubuh Fasciola hepatica adalah triploblastik. Ektoderm tipis yang dilapisi oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari cairan hospes. Ektoderm mengandung sisik kitin dan sel-sel tunggal kelenjar.  Endoderm melapisi saluran pencernaan. Mesoderm merupakan jaringan yang membentuk otot, alat ekskresi, dan saluran reproduksi. Disamping itu terdapat jaringan parenkim yang mengisi rongga antara dinding tubuh dengan saluran pencernaan.
Alat reproduksi jantan terdiri atas : sepasang testis, dua pembuluh vas diferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran ejakulasi dan penis. Alat reproduksi pada betina terdiri atas : saluran tunggal ovarium, saluran oviduct, kelenjar pembungkus ovum, saluran vetelline, kelenjar yolk, dan uterus.
Seekor cacing di dalam hati inang (yang biasanya hewan ternak) bisa bertelur sekitar 500.000 butir. Telur Fasciola hepatica menuju ke usus dan mengikuti perjalanan sisa makanan bersama aliran empedu. Kemudian keluar ke alam bebas bersama dengan kotoran (tinja). Telur yang fertil dapat menetes apabila jatuh di tempat yang lembab atau basah,  seminggu setelah menetes akan menjadi larva. Larva ini akan berkembang serta tumbuh silia dan disebut mirasidium. Kemudian berenang mencari tubuh siput air tawar/keong dari marga Lymnaea dengan menggunakan silianya, siput air tawar/keong dijadikan sebagai intermedier. Mirasidium akan mati apabila selama 8 jam tidak mendapati siput. Di dalam tubuh siput, selama 2 minggu tumbuh dan ukurannya membesar seperti kantung disebut sporocist dan berkembang menjadi redia. Redia terus berkembang dan berekor disebut sercaria, yang bentuknya seperti kecebong.
Dengan ekornya kemudian keluar dari tubuh keong dan berenang menuju rumput atau tumbuhan air lain di sekitarnya, yang kemudian menjadi sista. Jika sista bersama rumput termakan oleh ternak, di usus akan pecah dan  menghasilkan larva yang disebut metaserkaria. Metaserkaria menembus dinding usus kemudian mengikuti peredaran darah menuju ke hati. Akhirnya tumbuh menjadi cacing dewasa.

VI.       KESIMPULAN
1.      Platyhelminthes memiliki tubuh yang bilateral simetris (pipih), hidup di air tawar, mulut terdapat pada bagian ventral, memiliki bentukan seperti mata, dan mempunyai auricle.
2.      Fasciola hepatica termasuk dalam phylum platyhelminthes.
3.      Bagian-bagian morfologi Fasciola hepatica terdiri dari mulut, penghisap, tuhuh, dan saluran ekskresi.
4.      Bentuk dari tubuh Fasciola hepatica berbentuk seperti daun yang pada bagian anteriornya terdapat alat penghisap.

VII.    DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Mengenal phylum platyhelminthes. http://gurungeblog.wordpress.com (online). Diakses 10 Maret 2014.
Anonim. 2010. Karakteristik perilaku planaria sp. http://nandito106.wordpress.com (online). Diakses 10 Maret 2014.
Anonim. 2012. Lintah. http://lintahterapi.web.id (online). Diakses 10 Maret 2014..
Anonim. 2011. Klasifikasi platyhelminthes. http://rifkanice.blogspot.com (online). Diakses 10 Maret 2014..
Anonim b, 2011. Micrograpihia.  http://www.micrographia.com (online). Diakses 10 Maret 2014.
Anonim a. 2011. Msperry planaria. http://whitbytech.edu.glogster.com. (online). Diakses 10 Maret 2014.
Halang, Bunda dkk. 2014. Penuntun Praktikum Zoologi Invertebrata. Banjarmasin: FKIP UNLAM Banjarmasin.
Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika hewan Invertebrata dan Vertebrata. Sinar Wijaya. Surabaya.
Kastawi, dkk. 2003. Zoologi Invertebrata. Malang:Universitas Negeri Malang
Verma, P. S. 2002. A Manual of Practical Zoology Invertebrates. S. Chand Company Ltd. New Delhi.










Laporan Praktikum 5 Mortum Bunga Tunggal



PRAKTIKUM V

Topik               : BUNGA TUNGGAL
Tujuan             : Mengenal bunga tunggal dan bagian-bagiannya
Hari/ tanggal   : Kamis/ 27 Maret 2014
Tempat            : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

 I.             ALAT DAN BAHAN
A.    Alat-alat:   
1.      Baki/nampan
2.      Alat tulis
3.      Pisau silet/cutter
B.       Bahan-bahan:
1.    Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
2.    Bunga Mawar (Rosa sp.)
3.    Bunga Kaca Piring (Gardenia augusta)

II.                CARA KERJA

1.      Menyiapkan alat dan bahan
2.    Mengamati dan menentukan bagian-bagian bunga: tangkai bunga (pedicellus), kelopak (calyx), mahkota (corolla), tenda bunga (perigonium), putik (stigma), benang sari (stamen), pendukung putik dan benang sari (andriginofor), daun buah (karpelum), daun pemikat (lokblad).
3.      Menggambar hasil pengamatan dan member keterangan.

III.     TEORI DASAR
Alat perkembangbiakan pada tumbuhan dibedakan dalam dua golongan, yaitu yang bersifat vegetatif dan yang generatif. Alat perkembangbiakan tersebut bentuk dan susunannya berbeda-beda menurut jenis tumbuhan, tetapi bagi tumbuhan yang berbiji, alat tersebut lazimnya merupakan bagian tumbuhan yang kita kenal sebagai bunga. Pada bunga inilah terdapat bagian-bagian yang setelah terjadi peristiwa persarian (penyerbukan) dan pembuahan akan menghasilkan bagian tumbuhan yang disebut buah, yang didalamnya terkandung biji dan biji inilah yang akan tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Ditinjau dari homologinya, bunga diinterpretasikan sebagai suatu pucuk yang termodifikasi daunnya. Bunga terdiri atas sebuah sumbu tempat daun-daun bunga tumbuh. Bunga yang mempunyai organ berupa kelopak, mahkota, stamen dan putik disebut bunga lengkap.
Namun kebanyakan bunga mempunyai struktur yang tidak lengkap misalnya tidak mempunyai alat kelamin. Jika hanya mempunyai alat kelamin jantan saja maka bunga itu disebut bunga jantan dan jika hanya mempunyai alat kelamin betina saja maka bunga itu disebut bunga betina. Dan bila kedua macam uniseksual itu terdapat pada satu tumbuhan maka tumbuhan itu disebut berumah satu dan jika terpisah maka disebut tumbuhan berumah dua. Tumbuhan yang mempunyai bunga sempurna (bunga jantan dan bunga betina) disebut poligami.
Tumbuhan yang memiliki satu bunga saja dinamakan tumbuhan berbunga tunggal (planta uniforal). Sedangkan lainnya tumbuhan berbunga banyak (planta multifloral). Bunga pada umumnya mempunyai bagian-bagian yang terdiri dari :
a.         Tangkai bunga (pedicellus)
b.        Dasar bunga (receptaculum)
c.         Hiasan bunga (perianthium)
d.        Alat-alat kelamin jantan (androecium)
e.         Alat-alat kelamin bentina (gynacium)
Berdasarkan bagian-bagian tumbuhan yang terdapat pada bunga kecuali tangkai dan dasar bunga, maka bunga dapat dibedakan dalam :
1.Bunga lengkap atau bunga sempurna (flos completus)
2.Bunga tidak lengkap atau bunga tidak sempurna (flos in-completus)
Bunga adalah penjelmaan suatu tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna, dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan, sehingga pada bunga ini dapat berlangsung penyerbukan dan pembuahan, dan akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan. Sifat-sifat bunga yang amat menarik, yaitu :
1. Bentuk bunga seluruhnya dan bentuk bagian-bagiannya.
2. Warnanya.
3. Baunya.
4. Ada dan tidaknya madu ataupun zat lain.

V.      ANALISIS DATA

1.         Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)

Klasifikasi     :

Divisio          : Magnoliophyta

Classis           : Magnoliopsida

Subclassis      : Dillenidae

Ordo             : Malvales

Familia          : Malvaceae

Genus            : Hibiscus

Species          : Hibiscus rosa-sinensis L.

(Menurut Cronquist, 1981)

Berdasarkan hasil pengamatan, bunga sepatu termasuk bunga tunggal karena terletak diketiak daun dan bunganya yang besar terpencar atau terpisah-pisah. Bagian-bagian bunga tersusun dalam lingkaran. Bunga bersifat biseksual dengan bentuk radial simetri. Bunga kadang-kadang tumbuh di ketiak daun atau di ujung cabang. Bunga sepatu merupakan bunga yang sempurna karena mempunyai benang sari dan putik dalam 1 satu bunga sehingga sering disebut bunga banci atau biseksual.
Letak bagian-bagian bunganya berseling yang disimetris. Dasar bunganya berbentuk seperti cawan, yakni daun-daun kelopak duduknya seakan-akan pada tepi bangunan seperti cawan tadi, sedangkan putik di tengah di tengah pada bagian dasar bunga yang lebih rendah letaknya daripada temapat duduknya kelopak dan tajuk bunga. Tangkai bunganya (pedicellus) agak panjang, kelopak (calyx) berbentuk tabung dengan tepi bercangap. Pada bagian luar lingkaran kelopak bunganya masih mempunyai daun-daun yang menyerupai kelopak yang disebut kelopak tambahan berjumlah tujuh buah. Mahkota (corolla) berbentuk bulat telur terbalik yang berjumlah lima berwarna merah. Putiknya (corolla) berjumlah lima. Benang sarinya (stamen)  banyak dan terdapat pada tangkai sari yang melekat pada putik (gynostemium).
Benang sari dan putik pada bunga terletak dalam satu tabung yang disebut staminal colom, dan hal ini merupakan ciri khas dari bunga pada ordo Malvales. Fungsi pokok mahkota (corolla) ini adalah untuk menunjukkan penampilan yang menarik/ atraktif. Pada bunga sepatu alat perkembangbiakan bunganya sangat sulit untuk terjadi pembuahan menjadi biji karena kepala putik diatas dan benang sarinya berada dibawah yang mana bunga sepatu bisaanya condong menunduk kebawah bunganya, tumbuhan ini mempunyai rumus K(5), C(5), A(5).
Menurut http://id.shvoong.com (2011) dalam tulisannya, “Bunga lengkap adalah bunga yang memiliki mahkota, kelopak, putik, dan benang sari. Contoh bunga lengkap adalah kembang sepatu dan bunga kacang”.

2.      Bunga Mawar (Rosa sp.)
Klasifikasi            :
Kingdom              : Plantae
Divisio                  : Magnoliophyta
Classis                  : Magnoliopsida
Subclassis             : Rosidae
Ordo                     : Rosales
Familia                 : Rosaceae
Genus                   : Rosa
Species                 : Rosa sp.
(Menurut: Cronquist. 1981)
Dari hasil pengamatan pada bunga mawar ini merupakan bunga tunggal.  Daunnya majemuk menyirip gasal karena diujung ibu tangkai serta terdapat anak daun yang tersendiri dan biasanya anak daun tersebut lebih besar dari pada yang lainnya. Tangkai bunganya cukup panjang, dilanjutkan dengan dasar bunga yang menumpang bunga, kemudian mahkota bunga yang sangat rapat berlapis-lapis berbentuk spiral yang baunya sangat disukai karena harum dan wangi yang menempel pada bagian dasar bunga. Dilihat pada bagian tengah pada mahkota bunga ini terdapat benang sari dan putik. Benang sari berjumlah banyak dan duduk di atas kelopak. Putiknya majemuk, dengan bakal buah menempel di atas dasar bunga.
Bunga ini tumbuh di ketiak daun. Tangkai bunganya (pedicellus) agak panjang, kelopak (calyx) dengan tepi berbagi. Mahkota (corolla) berwarna indah, terdapat putik (stigma) dan benang sari (stamen), serta pendukung putik dan benang sari (danriginifor) yang sangat pendek. Pada bunga ini tidak terdapat alat tambahan. Daun mahkota sebanyak taju kelopak dan tersusun spiral. Benang sari berjumlah banyak. Tangkai sari pada waktu kuncup kerapkali membengkok. Kepala sari kecil dan beruang dua. Bakal buah satu sampai banyak, menumpang, tenggelam atau setengah tenggelam, satu sama lain bersatu atau tidak.
Bunga berkelamin 2 dan beraturan. Kelopak berdaun lekat, kadang-kadang dengan kelopak tambahan. Daun mahkota sebanyak taju kalopak. Benang sari 6 atau lebih. Tangkai sari waktu kuncup membengkok. Kepala sari kecil, beruang 2. bakal buah 1 atau lebih. Buah tunggal dan ada yang majemuk.
Terdiri atas 5 helai daun mahkota dengan perkecualian Rosa sericea yang hanya memiliki 4 helai daun mahkota. Warna bunga biasanya putih, merah muda, kuning, merah tua pada beberapa spesies. Ovari berada di bagian bawah daun mahkota dan daun kelopak.
Menurut http://www.scribd.com (2012) dalam tulisannya, “bunga terdapat organ reproduksi(benang saridanputik). Bunga secara sehari-hari juga dipakai untuk  menyebut struktur yang secarabotanidisebut sebagai bungamajemuk atau inflorescence. Bunga majemuk adalah kumpulanbunga-bunga yang terkumpul dalam satu karangan. Dalam konteksini, satuan bunga yang menyusun bunga majemuk disebut floret”.

3.      Bunga Kaca Piring (Gardenia augusta)
Klasifikasi
Kingdom        : Plantae
Divisio            : Magnoliphyta
Classis            : Magnoliopsida
Sub classis      : Asteriidae
Ordo               : Rubiales
Familia           : Rubiaceae
Genus             : Gardenia
Species           : Gardenia augusta Merr.
(Sumber : Cronquist : 1981) 
Dari hasil pengamatan pada bunga kaca piring ini merupakan bunga tunggal.  Tangkai bunganya tidak cukup panjang, dilanjutkan dengan dasar bunga yang menumpang bunga, kemudian ada kelopak bunga yang menempel lanjutan dari tangkai bunga dan bercangap 5, kemudian mahkota (corolla) bunga berwarna putih yang sangat rapat berlapis-lapis sama seperti bunga mawar yang mana berbentuk spiral yang baunyapun sangat disukai karena harum dan wangi yang menempel pada bagian dasar bunga. Dilihat pada bagian tengah pada mahkota bunga ini terdapat benang sari dan putik. Pada alat perkembangbiakannya berupa benang sari dan putik jarang sekali terjadi peristiwa persarian yang menyebabkan bunga ini jarang ada bahkan tidak ada bijinya yang mana biji adalah hasil dari persarian tersebut.
Bunga terminal, tunggal dan bertangkai pendek. Tabung kelopak bunga ukurannya kecil dan pendek, berusuk, tepi berbagi hingga pangkal menjadi 6 taju yang panjang. Berbentuk garis lanset. Bentuk mahkota seperti terompet, tabung bulat dengan warna kehijau-hijauan. Leher berambut, pinggiran mahkota 6-9 cm bewarna putih cerah. Kekenam taju yang paling luar oval telur terbalik, yang lain makin ke dalam makin pendek. Bunga hanya muncul sekuntum di ujung-ujung tangkai, mempunyai 6 daun mahkota walaupun sebagian kultivar mempunyai bunga ganda (daun mahkota berlapis).
Bunga sewaktu baru mekar berwarna putih bersih, tapi sedikit-sedikit berubah warna menjadi krem kekuningan. Bunga berbau sangat harum sehingga sering digunakan sebagai bahan baku minyak bunga. Harum bunga yang sepintas mirip Melati banyak menarik minat serangga seperti beberapa spesies Lepidoptera dan semut.
Menurut http://id.wikipedia.org (2010) dalam tulisannya, “Kacapiring atau Kaca PiringGardenia augusta) adalah perdu tahunan dari suku kopi-kopian atau Rubiaceae. Bunganya berwarna putih dan sangat harum. Tanaman juga dikenal dengan nama binomial Gardenia jasminoides yang berarti "seperti melati," walaupun tidak ada hubungannya dengan marga Jasminum (Melati)”.

4.      Bunga pepaya (Carica papaya)
Klasifikasi:
Kingdom  : Plantae
Divisio      : Magnoliophyta
Classis      : Magnoliopsida
Ordo         : Violales
Family      : Caricaceae
Genus       : Carica
Species     : Carica papaya L.
(Sumber: Steenis. 2002)
Merupakan tumbuhan poligam, karena pada satu tumbuhan terdapat bunga jantan, bunga betina, dan bunga banci bersama-sama. Dan bersifat monoeco-polypamus. Bunga jantan dan betinanya berwarna sama yaitu berwarna kuning tua, agak crem. Di dalam bunga betina terdapat putik, begitu pula di dalam bunga jantan yang terdapat benang sari. Mahkota bunga jantannya berbentuk terompet. Bakal buahnya beruang satu.
Menurut http://www.ccrc.farmasi.ugm.ac.id (2012), dalam tulisannya,”Bunga hampir selalu berkelamin satu atau berumah dua, tetapi kebanyakan dengan beberapa bunga berkelamin dua pada karangan bunga yang jantan. Bunga jantan pada tandan yang serupa malai dan bertangkai panjang, berkelopak sangat kecil mahkota berbentuk terompet berwarna putih kekuningan, dengan tepi yang bertaju lima, dan tabung yang panjang, langsing, taju berputar dalam kuncup, kepala sari bertangkai pendek, dan duduk bunga betina kebanyakan berdiri sendiri, daun mahkota lepas dan hampir lepas, putih kekuningan, bakal buah beruncing satu, kepala putik lima duduk,”.

5.      Bunga waru (Hibiscus tiliaceus)
Klasifikasi:
Kingdom  : Plantae
Divisio      : Magnoliophyta
Classis      : Liliopsida
Ordo         : Cyperales
Family      : Cyperaceae
Genus       : Hibiscus
Species     : Hibiscus tiliaceus
(Sumber: Steenis. 2002)
Merupakan tumbuhan yang hanya memiliki satu bunga saja pada ujung-ujung tangkainya. Bunga waru ini juga merupakan bunga sempurna karena memiliki perhiasan bunga dan alat perkembangbiakan yang ada di pusatnya. Perhiasan bunganya yaitu mahkota dan kelopak. Mahkota berwarna kuning terang dengan 5 buah petala. Petala berbentuk kipas. Pada mahkota ada noda ungu di bagian pangkal. Kelopak terdapat dibawah mahkota. Bakal buah terdapat di dalam bunga ditutupi mahkota. Alat kelamin terdiri atas putik dan benang sari. Putik berwarna merah dan benang sari yang berwarna kuning. Tabung benang sari keseluruhan ditempati benang sari.
Menurut http://ccrcfarmasiugm.wordpress.com (2012) dalam tulisannya, “Bunga waru merupakan bunga tunggal, bertaju 8-11. Panjang kelopak 2.5 cm beraturan bercangap 5. Daun mahkota berbentuk kipas, panjang 5-7 cm, berwarna kuning dengan noda ungu pada pangkal, bagian dalam oranye dan akhirnya berubah menjadi kemerah-merahan. Tabung benang sari keseluruhan ditempati oleh kepala sari kuning. Bakal buah beruang 5, tiap rumah dibagi dua oleh sekat semu, dengan banyak bakal biji. Buah berbentuk telur berparuh pendek, panjang 3 cm, beruang 5 tidak sempurna, membuka dengan 5 katup (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991)”.

VI.             KESIMPULAN
1.         Bunga tunggal merupakan tumbuhan yang memiliki satu bunga saja dalam satu tangkai bunga
2.         Bunga biasanya terletak diujung batang, pada buku-buku batang ataupun diketiak-ketiak daun.
3.         Bagian-bagian pada bunga tunggal umumnya terdiri atas: tangkai bunga (pedicellus), kelopak bunga (calyx), mahkota bunga (corolla), tenda bunga (perigonium), putik (pistillum), benang sari (stamen), pendukung putik dan benang sari, bakal bual (ovarium), daun buah (karpelum) serta daun pemikat (lokblad).
4.         Pada praktikum dapat diketahui bahwa bunga tunggal contohnya ; bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), bunga Mawar (Rosa sp.), dan bunga kaca piring (Gardenia augusta Merr.)
a.    Bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), merupakan bunga tunggal yang sempurna. Memiliki bagian-bagian seperti tangkai bunga, kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik.
b.    Bunga mawar (Rosa sp), berkelamin 2, benang sari 6 atau lebih, dan pada umumnya terdiri dari 5 daun mahkota.
c.    Bunga kaca piring (Gardenia augusta), bunganya berukuran besar, indah mirip dengan bunga mawar putih dengan tajuk-tajuk melingkar.
d.   Bunga pepaya (Carica papaya),  berkelamin 2,
e.    Bunbga waru (Hibiscus tiliaceus)

VII.          DAFTAR PUSTAKA
Sri Amintarti. 2014. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. PMIPA FKIP UNLAM: Banjarmasin.


http://id.wikipedia.org/wiki/Kacapiring. Diakses tanggal 10 April 2011

http://id.wikipedia.org/wiki/Kembang_sepatu. Diakses tanggal 10 April 2011

http://id.wikipedia.org/wiki/Mawar. Diakses tanggal 10 April 2011.

http://www.plantamor.com/index.php. diakses tanggal 10April 2011

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta