Jumat, 01 Agustus 2014

Sama saja isinya

Jika ingin lupakan, maka lupakanlah. Aku mengerti karena akupun demikian, ingin melupakan segalanya. Segala hal yang mungkin pernah dilakukan dengan keterpaksaan dan tanpa ada alasan yang mendasari. Tanda dilandasi sebuah pondasi yang bernama sebuah status, apa pedulimu dengan status masa lalu? heh? Aku jadi merasa terbodohi selama itu. Aku jadi melupakan seperti apa hukuman yang akan diperoleh dikemudian hari. Bodoh sekali rasanya, andai tau seperti apa kenyataannya aku takkan sama sekali mau pernah mempunyai sebuah hubungan denganmu. Mungkin hanya sebatas formalitas saja itu lebih baik seperti yang lainnya. Daripada harus mempunyai hubungan yang kurasa hanya aku yang dirugikan, dan kamu pun sama sekali tidak peduli. Nyata sampai sekarang ini tetap sama, ucapan maafmu itu hanya sebatas ucapan tak berlubuh dari hati. Kamu adalah penipu terhebat dalam hidupku. Bahkan aku sudah merelakan segala milikku untuk kamu miliki dan kamu ketahui. Aku sadar betapa bodohnya aku, dan aku sadar jua ketika aku menceritakan ini semua. Tapi entah mengapa rasa kesalku takkan bisa hilang. Bila kamu ingin seperti ini selamanya, baiklah akan ku turuti. Karena mungkin sejak awal hanya aku yang memberi dan mengalah. Entah siapa yang sebenarnya benar-benar bersalah disini, hingga kurasa hanya aku yang merasakan sakitnya. Tuhan memang begitu adil, kebodohanku yang dulu kulakukan denganmu dibalas Tuhan dengan semua rasa resah dan sakit yang kuterima hingga kini. Aku tidak tahu apa Tuhan juga memberinya untukmu, tapi kurasa Tuhan tidak begitu adil padaku hingga hanya aku saja yang menerima dari apa yang ku beri padamu. Bodoh bukan? aku tidak peduli jika apa yang kuceritakan ini tak masuk akal. Karena sama saja dengan kelakuanmu selama ini yang sama sekali tak masuk akal. Kekanakan dan tidak bisa bertanggung jawab, yayaya biar ku ceritakan dan ku tulis beribu kali pun kamu tidak pernah menyadarinya. Masabodo dengan semua hal itu, yang ku tau sekarang hingga mungkin aku mati nanti kamu adalah lelaki yang paling brengsek di dunia ini. Apa perkataanku terlalu kasar dan menyinggungmu? heh? Apa peduliku. Kamu juga tidak peduli dengan apa yang kurasakan selama ini. 

Banjarmasin | 30 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar