Selasa, 04 Maret 2014

SF (1) “What Wrong?”

SF (1) “What Wrong?”

♥♥ 자수라 ♥♥

Demi cinta saya kepada kalian semua*woeekk ,,, saya bikin SF yg demi lopato(?) gaje bin elek-elek -_- ,, ya udah jangan gebukin saya ya kalo gajenya setengah mati,, muakakaka *kasih kecup atu-atu,,hmmm sebelumnya maaf ya FF saya yg dulu-dulu dan dulu-dulu lagi gak bisa di lanjut lagi,, soalnya ya kalian tau sendiri lah leptop saya kena format di rental kemaren TT_TT,,*curcol dikitlah :D

°°°° ♥♥ 자수라 ♥♥ °°°°

°
°
°
“WHAT WRONG?”
°
°
°

Angin semilir berhembus dari timur, menggoyangkan untaian dedaunan yang kini tengah menguning. Menanggalkan satu persatu daun yang telah layu kepermukaan  tanah lembab. Suasana hening menyelimuti kala malam menjelang. Terasa begitu dingin, sepi dan terasa hambar bagi sebagian orang.

Luhan, namja berparas tampan itu tengah menatap sendu pada benda di depannya. Jemari kekarnya terarah menyentuh benda itu.

Ting
Ting
Ting

Senyum simpul terukir di bibir tipisnya. Lagi, jemarinya menekan tuts demi tuts piano di depannya. Matanya kian memanas, seberkas rasa rindu itu menyelinap dalam rongga hatinya. Ia rindu sungguh rindu pada sosok itu. Sosok yang dulu selalu membuatnya tersenyum, marah, kesal dan juga sosok yang begitu perhatian padanya. Dulu ya itu dulu, kini semua yang ada di benaknya hanyalah kenangan.

Kenangan yang terasa hambar di hatinya, kenangan yang tak mampu lagi membuat hatinya menghangat. Hatinya telah lama membeku bahkan sebelum angin dingin musim gugur tahun ini datang.
Tidak, Luahan bukanlah namja yang senang di bayang-bayangi oleh masa lalu. Hanya saja ia sama sekali tak bisa melupakan rasa bersalah yang sudah menagakar dalam hatinya.

Cling~

Setetes air menetes dari langit-langit ruang yang hanya di terangi oleh sinar rembulan itu. Jatuh tepat di atas jemari Luhan yang masih setia menekan tuts tuts menimbulkan nada tak beraturan.

“Naega neomu bogoshippo~” lirihnya pada angin.

Sangat lirih hingga burung merpati yang bertengger di jendela pun tak beranjak dari tempatnya. Suara gemerisik ranting pohon lebih dominan dari bunyi tuts piano yang ia mainkan.

Rasa bergemuruh itu datang lagi membuatnya sesak, dan air mata yang telah lama menggenang di pelupuk itu akhirnya jatuh juga. Ia merunduk dalam, bibirnya mengumamkan sesuatu tapi tak terdengar. Seolah terbang bersama hembusan angin yang melewati tubuh kurusnya.

Siluet bayangan putih itu kian menebal, membentuk sesosok yeoja cantik nan manis dengan senyum pedih menghias di bibir plumpnya. Tangannya terangkat berusaha menyentuh pundak kekar namja di depannya. Dengan tangan gemetar , di gapainya pundak itu. Kini senyum bahagia terpancar jelas di wajah yeoja itu. Perlahan air mata n=menganak sungai di pipi mulusnya.

Luhan yang merasa pundaknya di sentuh oleh sesuatu menghentikan gerakan tangannya, kepalanya terasa begitu kaku tat kala ia hendak menoleh.

“Oppa~” gumam yeoja itu pelan.

Dengan serta merta mata Luhan melebar mendengar suara lembut itu, suara yang begitu ia rindukan. Segera ia membalik tubuhnya. Matanya yang telah lembab pun kini telah basah. Ia tak percaya dan begitu bahagia melihat sosok yang tengah berdiri di hadapannya. Luhan dengan segera membawa yeoja itu kedalam dekapan hangatnya.

“Bogoshippo, jeongmal bogoshippoyo~” gumamnya berulang-ulang.

Luhan menagis bersama sosok itu, masih dalam ruangan itu. Ruangan yang dulu menjadi saksi perpisahan mereka, dan kini kemabali menjadi saksi bisu kedua makhluk itu bertemu. Linangan air mata yang jatuh membasahi lantai berubah menjadi bongkahan kristal putih. Dengan perlahan cahaya putih muncul di tiap bongkahan kristal itu hingga kristal-kristal itu terangkat keudara dan melayang mengitari dua insan yang tengah melepas rindu. Bersamaan dengan itu terdengar suara tuts tuts piano yang entah berasal dari mana.

Dengan insting keduanya melepaskan pelukan mereka, saling menatap dengan mata yang memerah menahan haru. Saling melempar senyum satu sama lain.

“Aku sangat merindukanmu, sungguh jangan pernah tinggalkan aku lagi.” Luhan berujar dengan suara paraunya.

Yeoja di depannya hanya mengangguk dan tersenyum seraya memeluk kembali namja yang begitu di cintainya hingga kini.

“Ku pikir oppa sudah melupakanku,”

Yeoja itu mendongak menatap orang yang di panggilnya oppa. Luhan tersenyum dan mengusak lembut rambut panjang yeoja itu dan menggeleng pelan.

“Anniya~ aku takkan pernah melupakanmu. Dan jangan pernah kau berkata seperti itu lagi.”

“Tapi oppa~~”

“Sstt”

Luhan meletakkan telunjuknya di atas bibir yeoja itu sambil menggeleng.

“Sudahlah” ucapnya singkat dan mempererat pelukannya.

Helaan napas kasar terdengar dari mulut seseorang yang tengah memperhatikan Luhan dari depan pintu. Sudah sejak awal orang itu mengikuti Luhan. Ia menusap kasar wajahnya, frustasi. Tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. Ia marah, geram dan juga... sedih.

“Kapan kau akan sadar Luhan-ah?” ucapnya putus asa dan menyenderkan tubuhnya pada dinding. Matanya menatap kosong hamparan semak belukar di depannya.

“Apa yang harus ku lakukan agar kau sadar Luhan?”

Angin semilir kembali berhembus kearah barat, membawa kelopak mawar putih bersamanya. Hingga jatuh di tempat yang tak terduga. Gumpalan awan putih yang penuh dengan mawar merah. Bunyi gemerisik lonceng terdengar samar-samar

°
°
°

END (?)

Muakakakak*ketawa nista,, udah deh ya jangan mlototin saya kek gitu. Saya juga ngarang bikin nih SF terinsipari dari mana juga kagak tau. Iseng aja,, kalo mau lanjut bilang ya, tapi gak janji loh kapan bisa nge-share lagi.. hahaha,, kalo gak mau lanjut ya END sampe di sono aje,, hohoho

Wokeh salam cinta dari saya*muaahhh ^^

♥♥ 자수라 ♥♥
Juli 2013




Tidak ada komentar:

Posting Komentar