SF (1) “What Wrong?”
♥♥
자수라 ♥♥
Demi
cinta saya kepada kalian semua*woeekk ,,, saya bikin SF yg demi lopato(?) gaje
bin elek-elek -_- ,, ya udah jangan gebukin saya ya kalo gajenya setengah
mati,, muakakaka *kasih kecup atu-atu,,hmmm sebelumnya maaf ya FF saya yg
dulu-dulu dan dulu-dulu lagi gak bisa di lanjut lagi,, soalnya ya kalian tau
sendiri lah leptop saya kena format di rental kemaren TT_TT,,*curcol dikitlah
:D
°°°°
♥♥ 자수라 ♥♥ °°°°
°
°
°
“WHAT WRONG?”
°
°
°
Angin
semilir berhembus dari timur, menggoyangkan untaian dedaunan yang kini tengah
menguning. Menanggalkan satu persatu daun yang telah layu kepermukaan tanah lembab. Suasana hening menyelimuti kala
malam menjelang. Terasa begitu dingin, sepi dan terasa hambar bagi sebagian
orang.
Luhan,
namja berparas tampan itu tengah menatap sendu pada benda di depannya. Jemari
kekarnya terarah menyentuh benda itu.
Ting
Ting
Ting
Senyum
simpul terukir di bibir tipisnya. Lagi, jemarinya menekan tuts demi tuts piano
di depannya. Matanya kian memanas, seberkas rasa rindu itu menyelinap dalam
rongga hatinya. Ia rindu sungguh rindu pada sosok itu. Sosok yang dulu selalu
membuatnya tersenyum, marah, kesal dan juga sosok yang begitu perhatian
padanya. Dulu ya itu dulu, kini semua yang ada di benaknya hanyalah kenangan.
Kenangan
yang terasa hambar di hatinya, kenangan yang tak mampu lagi membuat hatinya
menghangat. Hatinya telah lama membeku bahkan sebelum angin dingin musim gugur
tahun ini datang.
Tidak,
Luahan bukanlah namja yang senang di bayang-bayangi oleh masa lalu. Hanya saja
ia sama sekali tak bisa melupakan rasa bersalah yang sudah menagakar dalam
hatinya.
Cling~
Setetes
air menetes dari langit-langit ruang yang hanya di terangi oleh sinar rembulan
itu. Jatuh tepat di atas jemari Luhan yang masih setia menekan tuts tuts
menimbulkan nada tak beraturan.
“Naega
neomu bogoshippo~” lirihnya pada angin.
Sangat
lirih hingga burung merpati yang bertengger di jendela pun tak beranjak dari
tempatnya. Suara gemerisik ranting pohon lebih dominan dari bunyi tuts piano
yang ia mainkan.
Rasa
bergemuruh itu datang lagi membuatnya sesak, dan air mata yang telah lama
menggenang di pelupuk itu akhirnya jatuh juga. Ia merunduk dalam, bibirnya
mengumamkan sesuatu tapi tak terdengar. Seolah terbang bersama hembusan angin
yang melewati tubuh kurusnya.
Siluet
bayangan putih itu kian menebal, membentuk sesosok yeoja cantik nan manis
dengan senyum pedih menghias di bibir plumpnya. Tangannya terangkat berusaha
menyentuh pundak kekar namja di depannya. Dengan tangan gemetar , di gapainya
pundak itu. Kini senyum bahagia terpancar jelas di wajah yeoja itu. Perlahan
air mata n=menganak sungai di pipi mulusnya.
Luhan
yang merasa pundaknya di sentuh oleh sesuatu menghentikan gerakan tangannya,
kepalanya terasa begitu kaku tat kala ia hendak menoleh.
“Oppa~”
gumam yeoja itu pelan.
Dengan
serta merta mata Luhan melebar mendengar suara lembut itu, suara yang begitu ia
rindukan. Segera ia membalik tubuhnya. Matanya yang telah lembab pun kini telah
basah. Ia tak percaya dan begitu bahagia melihat sosok yang tengah berdiri di
hadapannya. Luhan dengan segera membawa yeoja itu kedalam dekapan hangatnya.
“Bogoshippo,
jeongmal bogoshippoyo~” gumamnya berulang-ulang.
Luhan
menagis bersama sosok itu, masih dalam ruangan itu. Ruangan yang dulu menjadi
saksi perpisahan mereka, dan kini kemabali menjadi saksi bisu kedua makhluk itu
bertemu. Linangan air mata yang jatuh membasahi lantai berubah menjadi
bongkahan kristal putih. Dengan perlahan cahaya putih muncul di tiap bongkahan
kristal itu hingga kristal-kristal itu terangkat keudara dan melayang mengitari
dua insan yang tengah melepas rindu. Bersamaan dengan itu terdengar suara tuts
tuts piano yang entah berasal dari mana.
Dengan
insting keduanya melepaskan pelukan mereka, saling menatap dengan mata yang
memerah menahan haru. Saling melempar senyum satu sama lain.
“Aku
sangat merindukanmu, sungguh jangan pernah tinggalkan aku lagi.” Luhan berujar
dengan suara paraunya.
Yeoja
di depannya hanya mengangguk dan tersenyum seraya memeluk kembali namja yang
begitu di cintainya hingga kini.
“Ku
pikir oppa sudah melupakanku,”
Yeoja
itu mendongak menatap orang yang di panggilnya oppa. Luhan tersenyum dan
mengusak lembut rambut panjang yeoja itu dan menggeleng pelan.
“Anniya~
aku takkan pernah melupakanmu. Dan jangan pernah kau berkata seperti itu lagi.”
“Tapi
oppa~~”
“Sstt”
Luhan
meletakkan telunjuknya di atas bibir yeoja itu sambil menggeleng.
“Sudahlah”
ucapnya singkat dan mempererat pelukannya.
Helaan
napas kasar terdengar dari mulut seseorang yang tengah memperhatikan Luhan dari
depan pintu. Sudah sejak awal orang itu mengikuti Luhan. Ia menusap kasar
wajahnya, frustasi. Tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. Ia marah, geram
dan juga... sedih.
“Kapan
kau akan sadar Luhan-ah?” ucapnya putus asa dan menyenderkan tubuhnya pada
dinding. Matanya menatap kosong hamparan semak belukar di depannya.
“Apa
yang harus ku lakukan agar kau sadar Luhan?”
Angin
semilir kembali berhembus kearah barat, membawa kelopak mawar putih bersamanya.
Hingga jatuh di tempat yang tak terduga. Gumpalan awan putih yang penuh dengan
mawar merah. Bunyi gemerisik lonceng terdengar samar-samar
°
°
°
END
(?)
Muakakakak*ketawa
nista,, udah deh ya jangan mlototin saya kek gitu. Saya juga ngarang bikin nih
SF terinsipari dari mana juga kagak tau. Iseng aja,, kalo mau lanjut bilang ya,
tapi gak janji loh kapan bisa nge-share lagi.. hahaha,, kalo gak mau lanjut ya
END sampe di sono aje,, hohoho
Wokeh
salam cinta dari saya*muaahhh ^^
♥♥
자수라 ♥♥
— Juli 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar