SF 1 “What Wrong?” bag.2
♥♥
자수라 ♥♥
Wokeh,, karena saya ini baik hati
#mumpung ramadhan.,, wakakak,,, saya lanjutin dah nih SF gaje,, muehehehe,, yo
wes silahkan baca,, nyambung apa kagaknya pikir aje sendiri #duaak -_-“ hmm maaf yak jdi pake nama saya di
sini,, kalo gak terima ganti aja jdi nama kalian sendiri,, muehehehe,, oh ya,,,
gak jamin bagus ya,, hohoho,, oh iya ini Short Fiction ato SF ya bukan
FanFiction ao FF loh,, jadi pendek ceritanya gak kayak FF yang sampe bejibun
partnya,, kekeke~
°°°°
♥♥ 자수라 ♥♥ °°°°
°
°
°
“WHAT WRONG?”
°
°
°
Angin
semilir kembali berhembus kearah barat, membawa kelopak mawar putih bersamanya.
Hingga jatuh di tempat yang tak terduga. Gumpalan awan putih yang penuh dengan
mawar merah. Bunyi gemerisik lonceng terdengar samar-samar.
Sosok berbaju serba putih itu
merunduk, memungut kelopak mawar yang
jatuh tepat di ujung sepatunya. Wajahnya yang bersinar kini bertambah
bersinar dengan senyum angelic yang melekat di bibirnya. Sejurus kemudian ia
menatap lurus kedepan seolah melihat apa yang tengah ia pikirkan itu nyata.
“Ku harap kau bisa menepati
janjimu.” Ia tersenyum dengan masih memandangi kelopak mawar itu ditangannya.
Setelahnya terdengar helaan nafas kasar dari bibirnya. “Dan tak menyiakan waktu
yg kuberikan”
Kemudian di tiupnya kelopak mawar
yang masih berada di genggamannya. Detik berikutnya kelopak mawar itu berubah
menjadi serpihan debu-debu halus yang bersinar hingga menghilang di bawa angin.
“Chagi-ya, apa kau tak merasa kedinginan
dengan baju tipis ini hmm?” ucap Luhan yang masih setia memeluk yeoja-nya.
Yeoja itu tersenyum mendengar
panggilan yang di ucapkan Luhan padanya, masih sama seperti dulu. Dulu, 7 tahun
yang lalu Luhan selalu mengagilnya dengan sebutan itu.
“Anni oppa, aku sudah cukup
hangat dengan pelukanmu”
Luhan tersenyum, pandangannya
beralih keluar gedung tua itu. Nampak di luar sana daun-daun kering berjatuhan
dari pohonnya. Malam makin kelam, beberapa bintang nampak berkelip di atas
sana. Entah apa yang membuat Luhan kembali murung setelah ia melihat
bintang-bintang di atas sana.
“Chagiya~” panggilnya pelan
seraya melepas pelukannya.
“Nde oppa, waeyo?”
Luhan menangkup wajah yeoja itu
dan memandangnya intens. Dengan sorot mata yang menyiratkan ketidakrelaan.
Entahlah apa yang membuatnya tak rela saat menatap manik kelam milik
‘kekasihnya’ itu. Merasa di tatap dengan pandangan seperti itu yeoja itu
menyuntuh tangan Luhan yang berada di pipinya.
“Wae? Kenapa kau memandangku
seperti itu?”
“Ku mohon berjanjilah
padaku”Luhan berujar begitu lirih.
Matanya memanas, sungguh demi
Tuhan. Hanya karena yeoja ini namja setegar Luhan rela membuang-buang air
matanya. Mungkin benar kata orang jika hidup akan terasa hampa tanpa adanya
cinta.Ketika kau telah mendapatkan cinta sejatimu dan dia hilang begitu saja
karena ulahmu. Maka hidupmu yang semula begitu berwana akan menjadi begitu
kelam, laksana tinta hitam yang tumpah pada kertas berwarna.
Semilir angin yang berhembus
lewat jendela menerbangkan helaian rambut Luhan yang tak beraturan. Yeoja itu
tersenyum dan menggenggam tangan Luhan begitu erat. Seolah tak ada waktu lagi
tuk menggapainya selain saat ini.
“Akan ku berikan segalanya
untukmu oppa~”
“LUHAN!”
suara gebrakan pintu terdengar
nyaring dan menggema berinringan dengan lantangnya teriakan seseorang dari luar
sana. Matanya berkilat tajam, menusuk lebih dalam dari pandangan keterkejutan
Luhan. Langkah kakinya begitu menggema dalam gedung itu. Suasana dingin yang
sempat menghangat kini nampak terasa lebih beku di banding sebelumnya.
“H-hyung?”
Luhan tergagap, ia menunduk untuk
memandang mata indah milik yeoja yang masih dalam dekapannya. Yeoja itu hanya
tersenyum, entah apa maksud dari senyumnya itu. Setelahnya ia mengangguk pelan,
membuat kedua alis luhan bertaut heran.
Apa? Apa yang membuat yeoja itu
tersenyum dan mengangguk? Luhan hanya diam tak bersuara walau ia mendengar
namanay di panggil begitu nyaring di sebelahnya. Hyungnya, Kris Wu.
Satu-satunya saudara Luhan yang masih begitu peduli dengannya.
Kris mennepuk keras bahu Luhan.
Membuat Luhan menegakkan kepalanya, menatap hyungnya dengan pandangan memelas.
Memohon sesuatu yang di nilainya benar. Kris menggeleng dan menghembuskan nafas
kesal saat Luhan kemablai menunduk.
“Hyung ku mohon mengertilah. Dia
ada di sini hyung tidakkah kau melihatnya?” tanya Luhan sambil membelai lembut
rambut yeoja di depannya.
Makin lama Luhan tangannya yang
mengelus rambut itu terasa hampa. Sosok yeoja itu perlahan mundur dan mengabur.
Seolah terbawa buaian angin yang menjadikannya kapas-kapas putih yang
berterbangan.
“Oppa~ ku mohon lupakanlah aku.
Jalani kehidupan barumu tanpaku, aku tak ingin kau terus di bayangi olah masa
lalu. Selamat tinggal oppa~ aku akan bahagia jika kau bahagia. Aku mencintaimu
sampai kapan pun oppa~.” Yeoja itu berujar lirih bersama hembusan angin dan
dedaunan yang menyapu habis bayangnya dalam kapas-kapas putih itu.
Luhan terpaku menatap
kepergiannya. Kekasih yang begitu ia cintai, kekasih yang selalu ia tunggui di
malam-malam sebelumnya. Di depan piano yang selalu menjadi saksi kisah mereka,
Luhan selalu menungguinya di sana. Hingga hari ini telah tiba. Di mana ia bisa
bertemu muka lagi dengan kekasihnya.
“Andwe~” lirihnya.
Air matanya sudah menganak
sungai, membuat pandangannya mengabur. Ia merunduk dalam, kedua tangannya
mengepal erat. Hempasan tangan itu terdengar sedikit menggema saat bersentuhan
dengan lantai kramik tempatnya bersimpuh.
“Wae?WAEYO? KENAPA KAU TEGA
HAH?”Teriaknya.
Luhan menangis meraung-raung,
dengan gumaman penyesalan dan ketidak mengertianya ia kenapa kekasihnya harus
pergi lagi sesaat mereka baru saja bertemu. Kris hanya bisa menatap iba
adiknya, setets air mata jatuh dari mata hazelnya. Ia sedih, sungguh. Kakak
mana yang tega melihat keluarga satu-satunya yang dimiliki mengalami situasi
yang sesulit ini. Kris menyesal.
Ya, nampaknya ia merutuki dirinya
dimasa lalu. Dulu dirinyalah yang memperkenalkan yeoja itu pada Luhan hingga
keduanya menjadi sepasang kekasih juga karena Kris. Tapi ia sadar tak
seharusnya ia merasa menjadi dalang dari semua ini. Toh Tuhan sudah punya jalan
takdirnya sendiri untuk tiap makhluk yang di ciptakannya. Tapi ia tak menyangka
akan menjadi seperti ini.
Sampai sekarang ini, ia sudah
berusaha sangat keras untuk menyadarkan Luhan. Untuk menjadikan Luhan yang
dulu.
Ting
Ting
Ting
Dentingan suara piano kembali
terdengar dari tengah ruangan. Baik Luhan maupun Kris sama-sama menoleh kearah
sumber suara. Keduanya sama-sama membelalak dengan apa yang ia lihat. Sesok
yeoja bergaun putih panjang dengan rangakaian bunga dikepalanya tengah duduk
membelakangi keduanya dengan jamari lihainya menekan tuts tuts piano itu.
“Sora?” panggil Kris tak percaya.
Nafas Luhan tercekat, ia tak bisa berujar sepatah katapun, tak bisa bergerak
barang sedikit. Tubuhnya kaku. Matanya
menatap lurus pada punggung yeoja itu.
Yeoja itu menoleh dan tersenyum
kepada mereka berdua. Kemudian ia berdiri seiring dengan datangnya burung
merpati putih yang bertengger di atas kop piano usang itu. Di paruhnya terdapat
setanngkai bunga mawar merah segar.
Yeoja itu-Sora- berjalan pelan
mendekati Luhan yang masih bersimpuh dengan tubuh kakunya. Pandangan matanya
tak lepas dari mata Sora. Sora merunduk di depan Luhan, ia kemabali tersenyum
dan menyentuh kedua bahu Luhan dengan lembut.
“Oppa~, ini aku Sora. Aku datang
kesini untukmu oppa” ujarnya terdengar seperti syair lagu yang datang dari
surga untuk Luhan.
“Sora? Benarkah ini kau? La---..“
Telunjuk yeoja itu berada di atas bibir Luhan masih dengan senyum di bibirnya.
Ia membawa Luhan untu berdiri dan memeluk namja itu begitu erat.
“Ne, oppa itu memang aku. Aku
datang padamu oppa. Ada sesuatu yang membuatku kembali.” Ia melepaskan
pelukannya pada Luhan yang masih linglung tak merespon.
Kedua tangan mungilnya menangkup
wajah Luhan yang masih lembab, dan mengusapnya perlahan.
“Apa yang membuatmu menangis
oppa? Apa karena aku?” tanyanya lembut.
Luhan menggenggam tangan Sora
yang ada dipipinya dan menggeleng.
“Anniya. Bukan karenamu aku
menangis, tapi karena diriku sendiri. Sora kau tau? Rasa bersalah itu yang
selalu membuatku memikirkanmu.” Suara parau Luhan akhirnya terdengar setalah
beberapa saat hanya kesunyian dan suara dedaunan yang saling bergesekan yang
terdengar.
Kris yang sedari tadi diam,
mengernyitkan kedua alisnya.
‘Rasa bersalah? Rasa bersalah
apa? Apakah Luhan pernah melakukan kesalahan besar hingga ia tak bisa merelakan
kepergian Sora?’ batin Kris. Matanya masih setia mengamati gerak-gerik dua
insan berbeda dunia itu.
Sora melepaskan tangannya dari
genggaman Luhan dan berjalan kearah burung merpati putih itu bertengger.
Tangannya meraih setangkai bunga mawar dari paruh si merpati. Diamatinya mawar
di tangannya itu dengan ragu dan senyum pedihnya kembali terukir.
“Kau tak perlu merisaukan masalah
itu lagi oppa. Lagi pula itu sudah berlalu sangat lama dan juga aku telah
memaafkanmu.” Ujarnya tanpa membalik tubuhnya mengahadap Luhan maupun Kris.
Entahlah apa yang menyuntuh wajah
Luhan dan Kris. Keduanya merasa ada sesuatu yang lembut menyentuh wajah
keduanya. Tak bisa dinggenggam dan lihat hanay bisa di rasakan, layaknya angin
yang berhembus hanay saja ini sedikit berbeda. Entahlah.
Yeoja itu berbalik dan mendekati
Luhan, masih dengan setangkai mawar di tangannya. Di taruhnya mawar itu di saku
kemeja Luhan yang telah lusuh. Telapak tangan kanannya menyentuh dada kiri
Luhan. Ia mendongak menatap Luhan penuh kelembutan dan tersenyum. Ingin rasanay
Luhan berteriak sekencang-kencangnya melihat ‘kekasih’ tercintanya ini ‘masih’
begitu baik pada dirinya yang dirasa begitu naif dan munafik.
“Mawar ini” tangannya menyentuh
kelopak mawar yang berada di saku Luhan dengan halus.
“Sebagai tanda bahwa aku
memaafkanmu. Dan di sini” tangannya beralih menyentuh dada kiri Luhan tepat di
jantungnya.
“Adalah bukti dan tanda cintaku
padamu. Tak ada yang perlu di permasalahkan oppa. Sungguh, demi Tuhan. Aku
mencintaimu selamanya Luhan.”
Luhan terenyuh, hatinya ngila
mendengar deretan kaliamat yang keluar dari bibir mungil Sora. Di peluknya
dengan erat yeoja itu, berusaha menyalurkan perasaan yang saat ini ia rasakan.
Perasaan yang meletup-letup dalam dirinya.
“Gumawo.Gumawo.Gumawo” gumamnya berulang-ulang.
“Mulai saat ini kembali lah
menjadi Luhanku yang dulu. Hiduplah bahagia dengan diriku dalam tubuhmu, aku
selalu hidup untukmu Luhan. Jangan kau siakan pengorbananku, ku mohon
berbahagilah.Karena tiap detak jantungku ada apamu Luhan.” ia menangis dalam
bahagia.
Sora sungguh menginginkan Luhan
hidup dengan bahagia tanpa di bayangi oleh perasaan bersalah padanya. Luhan
melepaskan pelukannya, dan mensejajarkan tubuhnya dengan Sora. Dikecupnya
kening yeoja itu dalam dan lama. Setelahnya mereka saling melempar senyum satu
sama lain.
Bunyi gemerisik lonceng yang saling bersautan
terdengar begitu nyaring dan asing di telinga Luhan. Angin terasa begitu
kencang menerpa tubuhnya.
“Oppa, Luhan oppa. Kini sudah
tiba saatnya untukku. Terima kasih atas cinta dan kasihmu selama ini.
Berbahagialah. Jalan takdirmu yang di berikan Tuhan masih panjang. Selamat tinggal
Luhan oppa dan Kris oppa. Doaku selalu menyertai perjalanan kalian. Sarangheo
Luhan oppa”
Dengan itu, tubuh berbalut gaun
putih panjang itu menghilang dengan cahaya yang menyelubungi tubuhnya. Angin
berhembus begitu kencang hingga dedaunan di sekitar merka berterbanagn bersama
debu-debu. Membuat Luhan maupun Kris harus bertahan di tempat meraka berdiri
sekuat tenaga.
Gerbang setinggi pencakar langit
itu terbuka dengan parlahan, menampakkan sosok yeoja yang baru saja
menginjakkan kakinya di sana. Ia di sambut oleh seseorang di depan sana. Suara
lonceng-lonceng itu kian menghilang dengan langkah kecilnya yang semakin jauh
melangkah. Mendekati seorang namja yang sudah menunggunya.
“Aku percaya padamu Sora” ujar
namja itu dengan senyum angelic di bibirnya. Yeoja yang di panggil Sora itu
hanya tersenyum dan menatap lurus kedepan sana.
“Tentu saja” ujarnya singkat.
Keduanya melangkah beriringan dan
menghilang di balik kemilau asap putih dan biru yang menguar. Suara derit
gerbang yang tertutup seolah tak terdengar, hanya hamburan mawar putih yang
tersisa.
Matahari mulai bersinar, hawa
hangat telah menyapa permukaan bumi. Sekuntum mawar putih yang tengah kuncup
baru saja mekar dengan mahkota kebanggaannya. Mawar putih di jendela kamar
Sora.
°
°
°
FIN
Muahahaha xD gajekan ya,, hehehe
mumoung lagi ada mood bikin FF yah meskipun saya telah mengalami kerugian yang
tidak bisa di bilang sedikit*gaknyambung -_-“..hmm wokeh atur nuhun yang udah
RCL SF ini ye,, mukekeke~,, saya mau bagi-bagi berkah ramadhan dengan kasih
kecup kalian atu-atu ahahahah,, udah ah,, MARHABAN YA RAMADHAN !!! MOHON MAAF
LAHIR BATIN LOH :D
Wokeh
salam cinta dari saya*muaahhh ^^
♥♥
자수라 ♥♥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar