Selasa, 04 Maret 2014

Chocolate and Orange :: Chap. 1 :: Introducing?



Tittle : Chocolate and Orange :: Chap. 1 :: Introducing?

Author : Cha Soo Ra a.k.a Refiana Okta Soradika

♥♥ 자수라 ♥♥ | @SooraRefi26

Genre : AU, Frendship, Life, Romance, Humor(?) & Drama

Rating : PG-?

Lenght : Chaptered

Cast :
~ Refiana Okta Soradika a.k.a Cha Soo Ra ( 18 y.o )

~ Sintiaelf Fishyclouds a.k.a Shin Chae Ra ( 20 y.o )

~ Riski Kyuhyun Key a.k.a Park Kyu Ri (18 y.o)

~ Yuli Noor Indah Sari a.k.a Han Ryu In ( 20 y.o )

~ Kim Jong In a.k.a Jong In ( 19 y.o )

~ Wu Yi Fan a.k.a Kris ( 20 y.o )

~ Xi Luhan a.k.a Luhan ( 21 y.o )

~ Oh Sehun a.k.a Sehun ( 18 y.o )

~ Other Cast in This Fanfiction

Desclaimer : This Fanfiction is my mine and real my own story. The belong to their self.

DON’T COPAS AND BASHING MY STORY. IF YOU DISLIKE, JUST GO A WAY! Keep Comment and like please.

Notes : If there is any similiary in shape it happen almost by accident.

A.N : Beberapa tempat dalam fict ini hanyalah sebuah khayalan belaka, dan murni dari pemikiran author tanpa ada campur tangan dari pihak lain. Oh, dan juga di fict ini bahasa akan random-mungkin. Bagi kalian yang tidak paham di mohon untuk mencermatinya dengan sangat. :D

WARNING!  Typos anywhere! And any incident can happen in it. Not in accordance with EYD!

Annyeong! Saya comeback lagi. Meski bukan dengan FF yang sudah lalu. Mm, saya cuman mau lihat respon chungudeul kek gimana. Kalau baik mungkin akan dilanjut tapi kalo gak, ya cukup sekian dan terima kasih. Soalnya gak tau kenapa saya jadi kurang sreg sama FF yang satu ini. Okeh, selamat membaca :D OJO LALI! Like dan comment kalian itu sangat berarti buat saya. Sekali lagi makasih yang sudah mau RCL.

°
°

♥♥ 자수라 ♥♥

°
°
Present chocolate and orange...
Chap. 1___ Begin___ Introducing?

°
°


Gothic Love Asrama. Seoul, 13 Juni 2010

01.07 pm

Sungguh demi apapun, ia berani bersumpah. Yeoja itu menyalaminya dengan seringaian yang begitu kentara di bibirnya. Bulu kuduknya serasa berdiri mengingat ‘insiden’ kecil tadi. Entahlah, tapi yeoja tadi begitu berbeda dari teman-temannya yang lain. Dengan malas ia melangkahkan kakinya menuju asrama khusus namja di seberang sana.

“Hah, bukankah asrama namja dan yeoja itu terpisah oleh jalan ini. Lalu kenapa yeoja tadi seolah-olah enggan menerima penghuni namja di asrama ini. Ck, dasar yeoja aneh.” Gumam namja bernama Oh Sehun itu dengan heran. Detik berikutnya ia hanya mengangkat bahunya acuh.

“Apa peduliku.” Ia memasuki pintu asrama namja yang akan menjadi tempat tinggalnya hingga beberapa tahun kedepan. Kaki jenjang itu menapaki tangga menuju kamarnya. Lelah, yang ada di pikiran namja itu hanyalah tempat tidurnya yang empuk dan tidur lelap hingga malam menjelang. Tak peduli dengan pakaiannya yang masih tertata rapi di dalam kopernya. Hah, hal yang membuat Sehun tidak mengerti adalah mengapa ia sangat merasa lelah padahal ia hanya sekedar berkunjung  dan minum teh tentunya untuk memperkenalkan diri—

Kriet

—di asrama yeoja.

Derit pintu terdengar samar, mata sayunya menatap malas JongIn-teman sekamarnya- yang tengah asyik meliuk-liukkan tubuhnya di depan cermin berukuran besar. Ia segera saja meloncat ke tempat tidurnya dan menenggelamkan wajahnya di permukaan bantal.

“Kau kenapa Sehun?” ujar JongIn yang tengah rehat sembari mengelap puluh di lehernya. Sehun mengubah posisinya menjadi duduk dan memperhatikan JongIn yang masih tak menatapnya.

“Apa dia selalu seperti itu menyambut penghuni baru namja di asrama ini JongIn?”

“Eh?” Raut terkejut di wajah JongIn begitu kentara saat ia menatap Sehun. Tapi wajah itu segera berubah datar seperti biasa.”Rupanya kau bergerak dengan cepat Sehun.” JongIn terkekeh kecil sembari memasukkan cairan bening ke tenggorokannay yang kering. Alis Sehun bertaut-heran. Hei, bukankah itu bagus? Memperkenalkan diri sebagai penghuni baru dengan segera? Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Apa yang yeoja itu lakukan padamu?” tanya JongIn yang kemudian mengambil duduk di atas ranjang di sebrang ranjnag Sehun-ranjangnya.

“Maksudmu yeoja bernama —

—Cha Soo Ra itu?”

•••

Gothic Magic Asrama. Seoul, 15 Juni 2010

03.54 pm

Bagaimana? Apakah kau suka tinggal di asrama ini?” Suara husky menyeruak memasuki gendang telinga namja berkulit putih pucat. Membuatnya menegakkan kembali tubuh kurusnya dari senderan sofa.

“Ya, lumayan ge.” Namja bersuara husky itu hanya mengangguk, ia mengambil langkah mendekati lawan bicaranya.

“Begitu kah?” tanyanya lagi sembari memainkan posen di tengannya.

Hening. Hanya suara televisi dari ruang tengah yang terdengar dan sayup-sayup suara JongIn dan Chanyeol yang tengah asyik bermain game di kamar Chanyeol dan Kris.

“Y-ya, kau taulah ge mungkin aku pe—“

“Apa kau merasa kurang nyaman dengannya?” lagi Kris-namja bersuara husky- itu memotong ucapannya dengan pertanyaan ayng terlontar dari bibir tipis namja itu.

Sehun tau dan paham betul kemana arah pembicaraan Kris ini. Ia diam masih enggan berucap dan menundukkan kepalanya. Helaan nafas kasar terdengar dengan jelas. Sehun mendongak menatap gege tertua sekaligus ketua di asrama namja ini. Di lihatnya Kris mengusap wajahnya dengan kasar.

“Seharusnya aku memperingatkanmu dari awal Sehun.”

“Tak apa ge, mungkin aku akan terbiasa.” Ujar Sehun sedikir keraguan menelusup dalam hatinya. Ah, tapi bukankah ia namja? Ia harus berani menghadapinya. Apalagi ia hanya seorang.. yeoja?

“Berapa kali kau kena Sehun?”

Sehun mendesis mengingat luka di ujung bibir kanannya. Sedikit bergidik mengingat kejadian malam tadi. Hal yang memang masih asing baginya. Ia di pukuli dengan tidak elitnya oleh seorang yeoja hanya karena kedapatan tengah memandanginya tanpa berkedip. Ck, babbo semua yeoja juga akan merasa risih jika begitu. Tapi jujur hanya yeoja itu yang melakukan reaksi yang sangat sangat berlebihan. Hampir saja lehernya patah jika JongIn tak segra daang dan menjadi pahlawan untuknya.

“Entahlah ge, aku tak ingat. Lagi pula itu juga kesalahanku.” Nada bicaranya merendah.

Bukan kali ini saja ia terkena pukulan ataupun tendangan dari yeoja itu. Satu? Dua? Tiga? Atau empat kali? Entahlah Sehun tak bisa mengingatnya. Yang jelas ia baru saja dua hari tinggal di asrama ini yang sudah di sambut dengan berbagai luka di tubuh mulusnya.

Kris menghela nafas dan menyenderkan tubuh porselennya di sandaran sofa dan memejamkan matanya sejenak. “Kau tahu Sehun?”

Sehun tak menyahut, tapi matanya tak luput dari namaj yang begitu ia hormati sejak ia pertama kali bertemu itu.

“Dulu aku sungguh tak sengaja melakukannya. Aku— “ ah, Kris akan bercerita rupanya. Ia segera memasang telinga dan menjadi pendengar yang baik.

“—berani bersumpah, jika kejadian itu bukan karena kehendakku. Tapi kurasa ia tak bisa memaafku hanya dengan ungkapan maaf. Ia menjadi seperti sekrang ini adalah karena kesalahanku.” Kris membuka matanya dan menatap jauh kedalam mata kelam Sehun.

Iris matanya meredup, begitu banyak penyesalan didalamnya. Sehun berani bertaruh jika baru kali ini ia melihat perubahan wajah Kris yang begitu sendu. Wajah yang biasanya terlihat begitu cool dengan gaya khasnya kini terlihat begitu—

“Ku mohon, maafkan lah ia.”

—memelas dan memprihatinkan.

•••

Gothic Love Asrama, Seoul 21 Juni 2010

05.30 p.m

Langkah kaki yang tergesa menapaki anak tangga dengan kilat. Tangan kanannya menenteng map dengan puluhan kertas di dalamnya. Bibirnya yang terbuka dengan tidak lelah masih setia mengomel semenjak ia memasuki asrama. Dengan kasar di sibaknya rambut sehitam arang itu kebelakang, yeoja itu benar-benar kesal hari ini. Peluh membasahi seluruh tubuhnya. Benar-benar hari yang sumpek dan menjengkelkan— pikirnya.

“Ya, pelan-pelan. Kau bisa saja jatuh dari tangga pabbo.” Suara itu menghentikan langkahnya yang tepat berada di anak tangga terakhir. Ia melongok ke bawah, dan benar saja orang yang meneriakinya tadi berada di anak tangga paling bawah sambil berkacak pinggang.

Yeoja itu mendengus kesal, tak tahukan kalau tubuh dan pikirannya sudah sangat lelah hari ini. Ditambah lagi tugas dari Jung Songsaenim yang meminta otaknya berputar keras. Ia memutar bola matanya malas. Oh ayolah ia sudah sangat rindu dengan pulau kapuknya itu.

“Ugh, eonni. Bisakah kau diam? Aku lelah!” sahutnya ketus.

Ia melengos melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Tanpa menghiraukan makian dari yeoja yang di panggilnya eonni itu.

Brak

Dengan kasarnya ia melempar semua benda yang ada ditangannya, tak peduli lagi jika puluhan kertas itu berhamburan. Segera ia merebahkan tubuh letihnya di kasur, berusaha mentralkan nafasnya yang sempat memburu. Yeoja itu membalik tubuhnya menjadi telentang. Mengingat–ngingat lagi kejadian di depan gerbang asrama tadi.

“Bodoh!” ia mengacak rambutnya hingga kusut dan menutup wajahnya dengan bantal.

“Arrggttt!” teriakannya teredam menyisakan sunyi dan bunyi denting jam dinding yang nyaring. Suara gesekan korden yang tertiup angin pun terdengar dengan jelas. Membuat sore ini makin sunyi dari biasanya.

“Memangnya kenapa? Apa aku salah? Itu salahnya! Bukan salahku.” ia kembali bermonolog dengan dirinya sendiri. Menatap langit-langit kamarnya yang berwarna hijau terang kemudian menghela nafas dan mengacak rambutnya berkali-kali. Ia bangun dari tidurnya dan memeluk boneka teddy bear usang miliknya.

“Aku hanya membenci namja!” gumamnya pelan, suaranya terdengar serak di banding sebelumnya. Ia memandang ke arah nakas di samping ranjangnya, matanya menatap kosong bingkai pigura di sana.

“Eonni, apa aku salah?—“ tangan mungilnya mengambil bingkai foto berwarna keemasan itu, dan mengusapnya pelan.

“—Bukankah karena namja itu eonni jadi pergi meninggalkanku? Bukankah aku berhak jika membenci namja?” air matanya perlahan turun. Membasahi mata bonekanya yang kini mulai rusak dengan goresan-goresan. Begitu lumpuh dan tidak berdaya.

“Kenapa namja itu juga selalu mengganggu hidupku? Apa ia tak juga puas telah membuatmu pergi?—“ ia menghela nafas dalam.

“—Eonni aku merindukanmu.” Tuturnya pelan sungguh pelan, hanya hembusan angin yang menghantarkannya pada hati seseorang yang tengah termenung di suatu tempat.

Tok tok tok

Yeoja itu mengusap air matanya, dan menengok ke arah pintu. “Nde, Chakkman!” teriaknya setelah berusaha mengatur suaranya yang benar-benar serak-sehabis menangis.

Kaki kecilnya melangkah perlahan ke daun pintu. Serasa seperti slow motion, gerak kakinya kian terasa berat saat ia telah berdiri tepat di depan pintu. Denting jarum jam kian nyaring, memcahkan kesunyian yang mendadak makin suram. Suara rintik hujan terdengar jelas di luar sana, deburan angin yang menabrak gorden jendelanya kain kentera. Bukan mendramatisir keadaan atau apa, tapi memang itu adanya.

“Nuguya?” ujarnya sesaat setelah tangannya berada di knop pintu, tanpa ada niatan untuk memutarnya. Tapi tak ada suara yang menyahut, ia menghembuskan nafasnya kesal.

Siapa yang berani mengganggu singa yang kesal, huh? — makinya dalam hati.

Krieet

Daun pintu terbuka dengan perlahan menampakkan sosok namja tampan yang terlihat membeku di tempatnya. Yeoja itu melongo, ia pasti sedang mengigau!

“Kris?”

•••

Gothic Love Asrama. Seoul, 13 Juni 2010

10.30 a.m

Yeoja itu mendelik, sebelah alisnya terangkat. Bukan masalah suka atau tidak. Tapi ini hanya sekedar mengulurkan tangan, apa susahnya? Mungkin bagi sebagian orang hal itu memang begitu mudah. Lain halnya dengan yeoja berabut ikal itu. Matanya menatap tajam pada sosok yang tengah mengulurkan tangannya dengan senyum yang tak pudar sejak pertama ia masuk ruangan ini. Seolah ia tak melihat tatapan tajam dari yeoja di depannya.

“Aku tak menyuruhmu mendelik seperti itu SooRa. Aku hanya mengenalkan penghuni baru di sini.” Sebuah suara memecahkan kehengingan. Meski tak terlihat secara jelas, terang sekali kalau yeoja-sipemilik suara-itu sudah mulai jengah dengan pemandangan yang ia lihat di pagi yang cerah ini.

Mendengar namanya di sebut dengan nada yang menjengkelkan yeoja itu-SooRa- berdecih kesal. “Aku tau.” Tukasnya dingin. Masih dengan tangan dilipat di depan dada-angkuh.

“Kalau kau tau, tak seharusnya kau membiarkan orang di depanmu itu pegal-pegal menunggu uluran tanganmu.” Sahut suara cempreng dari luar ruangan. Langkah kaki terdengar dengan jelas bersamaan dengan munculnya seorang yeoja dari teras depan. Yeoja itu bersandar pada daun pintu, sembari melipat tangannya di depan dada. Yeoja yang biasa di panggil RyuIn itu menatap malas ke arah yeoja yang beberapa meter berada di depannya.

“Ya! Eonni aku tahu kalau dia itu penghuni baru di asrama ini. Tapi

“Tapi apa?” suara serak lain menyahut.

Seorang yeoja berambut panjang turun dari tangga-masih dengan piyama hello kitty-nya.“Dia hanya bertetangga dengan kita SooRa, bukan tinggal satu atap dengan kita.” Tambahnya dengan suara yang masih terdengar serak. Nampaknya ia baru terjaga dari alam mimpinya.

“Aish! Jincha! Kenapa kau juga ikut-ikutan membela namja itu Kyuri-ya?” geram Soora dan menghempaskan tubuhnya ke sofa biru muda yang sempat terabaikan.

“Ah! Kenapa suasanya jadi aneh begini. Tidak enak dengan teman baru kita ini.” ChaeRa, yeoja yang sedari diam itu akhirnya angkat bicara. Berusaha mencairkan suasana yang entah mengapa terasa begitu tak mengenakkan-canggung.

Namja yang sedari tadi mematung itu hanya mengangguk dengan senyum canggung yang terpatri di bibirnya. Mata sipitnya tak henti memandang aneh pada yeoja yang masih enggan memandang dirinya-sejak ia masuk kedalam ruangan ini.

“Shin Chae Ra imnida, kau bisa memanggilku ChaeRa. Eh? Kau bilang tadi umurmu 18 tahun kan Sehun-ssi? Aku lebih tua darimu  2 tahun

Namja bernama Oh Sehun itu tak begitu fokus dengan yeoja yang begitu semangatnya memperkenalkan diri padanya. Matanya masih terfokus pada objek yang –masih- acuh dengannya.

jadi kau harus memanggilku noona. Ya! Sehun-ssi! Kau mendengarkanku kan?”

“Ya? Eh? Ya aku mendengarnya.” Namja berkulit putih pucat itu menggaruk tengguknya. Bagaimana bisa disaat seorang yeoja memperkenalkan diri, ia malah melamaun. Dimana sopan santunmu Oh sehun? Runtuknya dalam hati.

“Oh Sehun imnida

“Ya, kau sudah memperkenalkannya tadi.” Potong ChaeRa. ”RyuIn. Palli masuk dan perkenalkan dirimu. Jangan hanya memeluk pintu di sana.” Sambung yeoja itu, tangannya memberi isyarat agar RyuIn segera masuk.

RyuIn mendelik kepada ChaeRa yang hanya di sambut dengan cengiran-konyol. “Ne,ne.” Yeoja bertubuh gempal itu berjalan mendekati Sehun yang masih berdiri. Kemudian duduk di salah satu sofa yang masih kosong.

“Apakah kau tidak pegal hanya berdiri saja Sehun-ssi?”celetuknya kemudian. Membuat Sehun tersadar dengan posisinya yang masih berdiri.

“nde, gumawo” ujarnya setelah berhasil mendudukkan dirinya dengan nyaman. Kemudian menatap keempat yeoja di hadapannya dengan tampang serius, tapi tetap saja kesen dingin masih melekat pada wajah tirusnya.

“Nanneun Han Ryu In, aku seumuran dengan ChaeRa. Aku berada di bangku kuliah sekarang.” Ujarnya dengan nada ceria-berbeda dengan tadi.

“Cha, sekarang giliranku. Annyeong! Nanneun Park KyuRi imnida. Oh, kita seumuran rupanya. Namamu tadi sia

“Sehun, Oh Sehun imnida” jawab Sehun cepat.

“Ah, ya ya. Sehun-ssi kau pindah kemari? Itu berarti ada kemungkinan kita akan sekelas saat di sekolah nanti.” Cerocos yeoja berambut panjang itu tanpa mengindahkan pandangan aneh dari ChaeRa dan RyuIn.

Sehun? Namja itu hanya menggut-manggut tanpa niatan untuk menimpali perkataan KyuRi yang kelewat semangat. Tapi entah karena apa ia bisa melihat sedikit semburat merah di pipi yeoja itu.
“Yak, SooRa berhenti memandangku seperti itu!” pekik KyuRi, pasalnya Soora tengah memlototi wajah KyuRi begitu lekat membuat yeoja itu serasa di kelilingi suasana suram.

“Apa?” jawaban yang bukan seharusnya!

“Huh, sudahlah cepat perkenalkan dirimu, kurasa ia sudah jengah dengasnmu sedari tadi.” Timpal RyuIn.

“Cha SooRa imnida, senang

berkenalan denganmu Oh Sehun”

Tbc

Maaf kalau kalaian rada gakpaham sama jalan ceritanya, saya harap kalian bisa membcanay dengan pelan kalau ingin mengerti alur ceritanya bagaimana. Ini eksperiman saya, ahahaha,, makanya jadi random. Maaf juga kalau pendek dan gaje. Kalau respon bagus FF akan di lanjut, kalau tidak ya wassalam sampai di sini. Gumawo :D


© ♥♥ 자수라 ♥♥ , Agustus 2013



Tidak ada komentar:

Posting Komentar