Tittle : Chocolate
and Orange :: Chap. 1 :: Introducing?
Author : Cha Soo Ra a.k.a Refiana Okta Soradika
♥♥ 자수라 ♥♥ | @SooraRefi26
Genre : AU, Frendship, Life,
Romance, Humor(?) & Drama
Rating : PG-?
Lenght : Chaptered
Cast :
~ Refiana Okta Soradika
a.k.a Cha Soo Ra ( 18 y.o )
~ Sintiaelf Fishyclouds
a.k.a Shin Chae Ra ( 20 y.o )
~ Riski Kyuhyun Key a.k.a
Park Kyu Ri (18 y.o)
~ Yuli Noor Indah Sari a.k.a
Han Ryu In ( 20 y.o )
~ Kim Jong In a.k.a Jong In
( 19 y.o )
~ Wu Yi Fan a.k.a Kris ( 20
y.o )
~ Xi Luhan a.k.a Luhan ( 21
y.o )
~ Oh Sehun a.k.a Sehun ( 18
y.o )
~ Other Cast in This
Fanfiction
Desclaimer : This Fanfiction is my mine and real my own
story. The belong to their self.
DON’T
COPAS AND BASHING MY STORY. IF YOU DISLIKE, JUST GO A WAY! Keep Comment and
like please.
Notes : If there is any similiary in shape it happen almost by accident.
A.N
:
Beberapa tempat dalam fict ini hanyalah sebuah khayalan belaka, dan murni dari
pemikiran author tanpa ada campur tangan dari pihak lain. Oh, dan juga di fict
ini bahasa akan random-mungkin. Bagi kalian yang tidak paham di mohon untuk
mencermatinya dengan sangat. :D
WARNING! Typos anywhere! And any incident can happen
in it. Not in accordance with EYD!
Annyeong!
Saya comeback lagi. Meski bukan dengan FF yang sudah lalu. Mm, saya cuman mau
lihat respon chungudeul kek gimana. Kalau baik mungkin akan dilanjut tapi kalo
gak, ya cukup sekian dan terima kasih. Soalnya gak tau kenapa saya jadi kurang
sreg sama FF yang satu ini. Okeh, selamat membaca :D OJO LALI! Like dan comment
kalian itu sangat berarti buat saya. Sekali lagi makasih yang sudah mau RCL.
°
°
♥♥ 자수라 ♥♥
°
°
Present chocolate and orange...
Chap.
1___ Begin___ Introducing?
°
°
Gothic
Love Asrama. Seoul, 13 Juni 2010
01.07 pm
Sungguh
demi apapun, ia berani bersumpah. Yeoja itu menyalaminya dengan seringaian yang
begitu kentara di bibirnya. Bulu kuduknya serasa berdiri mengingat ‘insiden’
kecil tadi. Entahlah, tapi yeoja tadi begitu berbeda dari teman-temannya yang
lain. Dengan malas ia melangkahkan kakinya menuju asrama khusus namja di
seberang sana.
“Hah,
bukankah asrama namja dan yeoja itu terpisah oleh jalan ini. Lalu kenapa yeoja
tadi seolah-olah enggan menerima penghuni namja di asrama ini. Ck, dasar yeoja
aneh.” Gumam namja bernama Oh Sehun itu dengan heran. Detik berikutnya ia hanya
mengangkat bahunya acuh.
“Apa
peduliku.” Ia memasuki pintu asrama namja yang akan menjadi tempat tinggalnya
hingga beberapa tahun kedepan. Kaki jenjang itu menapaki tangga menuju
kamarnya. Lelah, yang ada di pikiran namja itu hanyalah tempat tidurnya yang
empuk dan tidur lelap hingga malam menjelang. Tak peduli dengan pakaiannya yang
masih tertata rapi di dalam kopernya. Hah, hal yang membuat Sehun tidak
mengerti adalah mengapa ia sangat merasa lelah padahal ia hanya sekedar
berkunjung dan minum teh tentunya untuk
memperkenalkan diri—
Kriet
—di
asrama yeoja.
Derit
pintu terdengar samar, mata sayunya menatap malas JongIn-teman sekamarnya- yang
tengah asyik meliuk-liukkan tubuhnya di depan cermin berukuran besar. Ia segera
saja meloncat ke tempat tidurnya dan menenggelamkan wajahnya di permukaan
bantal.
“Kau
kenapa Sehun?” ujar JongIn yang tengah rehat sembari mengelap puluh di
lehernya. Sehun mengubah posisinya menjadi duduk dan memperhatikan JongIn yang
masih tak menatapnya.
“Apa
dia selalu seperti itu menyambut penghuni baru namja di asrama ini JongIn?”
“Eh?”
Raut terkejut di wajah JongIn begitu kentara saat ia menatap Sehun. Tapi wajah
itu segera berubah datar seperti biasa.”Rupanya kau bergerak dengan cepat
Sehun.” JongIn terkekeh kecil sembari memasukkan cairan bening ke
tenggorokannay yang kering. Alis Sehun bertaut-heran. Hei, bukankah itu bagus?
Memperkenalkan diri sebagai penghuni baru dengan segera? Ia menggaruk kepalanya
yang tak gatal.
“Apa
yang yeoja itu lakukan padamu?” tanya JongIn yang kemudian mengambil duduk di
atas ranjang di sebrang ranjnag Sehun-ranjangnya.
“Maksudmu
yeoja bernama —
—Cha
Soo Ra itu?”
•••
Gothic
Magic Asrama. Seoul, 15 Juni 2010
03.54 pm
“Bagaimana?
Apakah kau suka tinggal di asrama ini?” Suara husky menyeruak memasuki gendang
telinga namja berkulit putih pucat. Membuatnya menegakkan kembali tubuh
kurusnya dari senderan sofa.
“Ya,
lumayan ge.” Namja bersuara husky itu hanya mengangguk, ia mengambil langkah
mendekati lawan bicaranya.
“Begitu
kah?” tanyanya lagi sembari memainkan posen di tengannya.
Hening.
Hanya suara televisi dari ruang tengah yang terdengar dan sayup-sayup suara
JongIn dan Chanyeol yang tengah asyik bermain game di kamar Chanyeol dan Kris.
“Y-ya,
kau taulah ge mungkin aku pe—“
“Apa
kau merasa kurang nyaman dengannya?” lagi Kris-namja bersuara husky- itu
memotong ucapannya dengan pertanyaan ayng terlontar dari bibir tipis namja itu.
Sehun
tau dan paham betul kemana arah pembicaraan Kris ini. Ia diam masih enggan
berucap dan menundukkan kepalanya. Helaan nafas kasar terdengar dengan jelas.
Sehun mendongak menatap gege tertua sekaligus ketua di asrama namja ini. Di
lihatnya Kris mengusap wajahnya dengan kasar.
“Seharusnya
aku memperingatkanmu dari awal Sehun.”
“Tak
apa ge, mungkin aku akan terbiasa.” Ujar Sehun sedikir keraguan menelusup dalam
hatinya. Ah, tapi bukankah ia namja? Ia harus berani menghadapinya. Apalagi ia
hanya seorang.. yeoja?
“Berapa
kali kau kena Sehun?”
Sehun
mendesis mengingat luka di ujung bibir kanannya. Sedikit bergidik mengingat
kejadian malam tadi. Hal yang memang masih asing baginya. Ia di pukuli dengan
tidak elitnya oleh seorang yeoja hanya karena kedapatan tengah memandanginya
tanpa berkedip. Ck, babbo semua yeoja juga akan merasa risih jika begitu. Tapi
jujur hanya yeoja itu yang melakukan reaksi yang sangat sangat berlebihan.
Hampir saja lehernya patah jika JongIn tak segra daang dan menjadi pahlawan
untuknya.
“Entahlah
ge, aku tak ingat. Lagi pula itu juga kesalahanku.” Nada bicaranya merendah.
Bukan
kali ini saja ia terkena pukulan ataupun tendangan dari yeoja itu. Satu? Dua?
Tiga? Atau empat kali? Entahlah Sehun tak bisa mengingatnya. Yang jelas ia baru
saja dua hari tinggal di asrama ini yang sudah di sambut dengan berbagai luka
di tubuh mulusnya.
Kris
menghela nafas dan menyenderkan tubuh porselennya di sandaran sofa dan
memejamkan matanya sejenak. “Kau tahu Sehun?”
Sehun
tak menyahut, tapi matanya tak luput dari namaj yang begitu ia hormati sejak ia
pertama kali bertemu itu.
“Dulu
aku sungguh tak sengaja melakukannya. Aku— “ ah, Kris akan bercerita rupanya.
Ia segera memasang telinga dan menjadi pendengar yang baik.
“—berani
bersumpah, jika kejadian itu bukan karena kehendakku. Tapi kurasa ia tak bisa
memaafku hanya dengan ungkapan maaf. Ia menjadi seperti sekrang ini adalah
karena kesalahanku.” Kris membuka matanya dan menatap jauh kedalam mata kelam
Sehun.
Iris
matanya meredup, begitu banyak penyesalan didalamnya. Sehun berani bertaruh
jika baru kali ini ia melihat perubahan wajah Kris yang begitu sendu. Wajah
yang biasanya terlihat begitu cool dengan gaya khasnya kini terlihat begitu—
“Ku
mohon, maafkan lah ia.”
—memelas
dan memprihatinkan.
•••
Gothic Love Asrama, Seoul 21 Juni 2010
05.30 p.m
Langkah
kaki yang tergesa menapaki anak tangga dengan kilat. Tangan kanannya menenteng
map dengan puluhan kertas di dalamnya. Bibirnya yang terbuka dengan tidak lelah
masih setia mengomel semenjak ia memasuki asrama. Dengan kasar di sibaknya
rambut sehitam arang itu kebelakang, yeoja itu benar-benar kesal hari ini.
Peluh membasahi seluruh tubuhnya. Benar-benar hari yang sumpek dan
menjengkelkan— pikirnya.
“Ya,
pelan-pelan. Kau bisa saja jatuh dari tangga pabbo.” Suara itu menghentikan
langkahnya yang tepat berada di anak tangga terakhir. Ia melongok ke bawah, dan
benar saja orang yang meneriakinya tadi berada di anak tangga paling bawah
sambil berkacak pinggang.
Yeoja
itu mendengus kesal, tak tahukan kalau tubuh dan pikirannya sudah sangat lelah
hari ini. Ditambah lagi tugas dari Jung Songsaenim yang meminta otaknya
berputar keras. Ia memutar bola matanya malas. Oh ayolah ia sudah sangat rindu
dengan pulau kapuknya itu.
“Ugh,
eonni. Bisakah kau diam? Aku lelah!” sahutnya ketus.
Ia
melengos melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Tanpa menghiraukan makian
dari yeoja yang di panggilnya eonni itu.
Brak
Dengan
kasarnya ia melempar semua benda yang ada ditangannya, tak peduli lagi jika
puluhan kertas itu berhamburan. Segera ia merebahkan tubuh letihnya di kasur,
berusaha mentralkan nafasnya yang sempat memburu. Yeoja itu membalik tubuhnya
menjadi telentang. Mengingat–ngingat lagi kejadian di depan gerbang asrama
tadi.
“Bodoh!”
ia mengacak rambutnya hingga kusut dan menutup wajahnya dengan bantal.
“Arrggttt!”
teriakannya teredam menyisakan sunyi dan bunyi denting jam dinding yang
nyaring. Suara gesekan korden yang tertiup angin pun terdengar dengan jelas.
Membuat sore ini makin sunyi dari biasanya.
“Memangnya
kenapa? Apa aku salah? Itu salahnya! Bukan salahku.” ia kembali bermonolog
dengan dirinya sendiri. Menatap langit-langit kamarnya yang berwarna hijau
terang kemudian menghela nafas dan mengacak rambutnya berkali-kali. Ia bangun
dari tidurnya dan memeluk boneka teddy bear usang miliknya.
“Aku
hanya membenci namja!” gumamnya pelan, suaranya terdengar serak di banding
sebelumnya. Ia memandang ke arah nakas di samping ranjangnya, matanya menatap
kosong bingkai pigura di sana.
“Eonni,
apa aku salah?—“ tangan mungilnya mengambil bingkai foto berwarna keemasan itu,
dan mengusapnya pelan.
“—Bukankah
karena namja itu eonni jadi pergi meninggalkanku? Bukankah aku berhak jika membenci
namja?” air matanya perlahan turun. Membasahi mata bonekanya yang kini mulai
rusak dengan goresan-goresan. Begitu lumpuh dan tidak berdaya.
“Kenapa
namja itu juga selalu mengganggu hidupku? Apa ia tak juga puas telah membuatmu
pergi?—“ ia menghela nafas dalam.
“—Eonni
aku merindukanmu.” Tuturnya pelan sungguh pelan, hanya hembusan angin yang
menghantarkannya pada hati seseorang yang tengah termenung di suatu tempat.
Tok
tok tok
Yeoja
itu mengusap air matanya, dan menengok ke arah pintu. “Nde, Chakkman!” teriaknya
setelah berusaha mengatur suaranya yang benar-benar serak-sehabis menangis.
Kaki
kecilnya melangkah perlahan ke daun pintu. Serasa seperti slow motion, gerak
kakinya kian terasa berat saat ia telah berdiri tepat di depan pintu. Denting
jarum jam kian nyaring, memcahkan kesunyian yang mendadak makin suram. Suara
rintik hujan terdengar jelas di luar sana, deburan angin yang menabrak gorden
jendelanya kain kentera. Bukan mendramatisir keadaan atau apa, tapi memang itu
adanya.
“Nuguya?”
ujarnya sesaat setelah tangannya berada di knop pintu, tanpa ada niatan untuk
memutarnya. Tapi tak ada suara yang menyahut, ia menghembuskan nafasnya kesal.
Siapa
yang berani mengganggu singa yang kesal, huh? — makinya dalam hati.
Krieet
Daun
pintu terbuka dengan perlahan menampakkan sosok namja tampan yang terlihat
membeku di tempatnya. Yeoja itu melongo, ia pasti sedang mengigau!
“Kris?”
•••
Gothic
Love Asrama. Seoul, 13 Juni 2010
10.30
a.m
Yeoja
itu mendelik, sebelah alisnya terangkat. Bukan masalah suka atau tidak. Tapi
ini hanya sekedar mengulurkan tangan, apa susahnya? Mungkin bagi sebagian orang
hal itu memang begitu mudah. Lain halnya dengan yeoja berabut ikal itu. Matanya
menatap tajam pada sosok yang tengah mengulurkan tangannya dengan senyum yang
tak pudar sejak pertama ia masuk ruangan ini. Seolah ia tak melihat tatapan
tajam dari yeoja di depannya.
“Aku tak menyuruhmu mendelik
seperti itu SooRa. Aku hanya mengenalkan penghuni baru di sini.” Sebuah suara
memecahkan kehengingan. Meski tak terlihat secara jelas, terang sekali kalau
yeoja-sipemilik suara-itu sudah mulai jengah dengan pemandangan yang ia lihat
di pagi yang cerah ini.
Mendengar namanya di sebut
dengan nada yang menjengkelkan yeoja itu-SooRa- berdecih kesal. “Aku tau.”
Tukasnya dingin. Masih dengan tangan dilipat di depan dada-angkuh.
“Kalau kau tau, tak
seharusnya kau membiarkan orang di depanmu itu pegal-pegal menunggu uluran
tanganmu.” Sahut suara cempreng dari luar ruangan. Langkah kaki terdengar
dengan jelas bersamaan dengan munculnya seorang yeoja dari teras depan. Yeoja
itu bersandar pada daun pintu, sembari melipat tangannya di depan dada. Yeoja
yang biasa di panggil RyuIn itu menatap malas ke arah yeoja yang beberapa meter
berada di depannya.
“Ya! Eonni aku tahu kalau
dia itu penghuni baru di asrama ini. Tapi —“
“Tapi apa?” suara serak lain
menyahut.
Seorang yeoja berambut
panjang turun dari tangga-masih dengan piyama hello kitty-nya.“Dia hanya
bertetangga dengan kita SooRa, bukan tinggal satu atap dengan kita.” Tambahnya
dengan suara yang masih terdengar serak. Nampaknya ia baru terjaga dari alam
mimpinya.
“Aish! Jincha! Kenapa kau
juga ikut-ikutan membela namja itu Kyuri-ya?” geram Soora dan menghempaskan tubuhnya
ke sofa biru muda yang sempat terabaikan.
“Ah! Kenapa suasanya jadi
aneh begini. Tidak enak dengan teman baru kita ini.” ChaeRa, yeoja yang sedari
diam itu akhirnya angkat bicara. Berusaha mencairkan suasana yang entah mengapa
terasa begitu tak mengenakkan-canggung.
Namja yang sedari tadi
mematung itu hanya mengangguk dengan senyum canggung yang terpatri di bibirnya.
Mata sipitnya tak henti memandang aneh pada yeoja yang masih enggan memandang
dirinya-sejak ia masuk kedalam ruangan ini.
“Shin Chae Ra imnida, kau
bisa memanggilku ChaeRa. Eh? Kau bilang tadi umurmu 18 tahun kan Sehun-ssi? Aku
lebih tua darimu 2 tahun—“
Namja bernama Oh Sehun itu
tak begitu fokus dengan yeoja yang begitu semangatnya memperkenalkan diri
padanya. Matanya masih terfokus pada objek yang –masih- acuh dengannya.
“— jadi kau harus memanggilku noona. Ya!
Sehun-ssi! Kau mendengarkanku kan?”
“Ya? Eh? Ya aku
mendengarnya.” Namja berkulit putih pucat itu menggaruk tengguknya. Bagaimana
bisa disaat seorang yeoja memperkenalkan diri, ia malah melamaun. Dimana sopan
santunmu Oh sehun? Runtuknya dalam hati.
“Oh Sehun imnida—“
“Ya, kau sudah
memperkenalkannya tadi.” Potong ChaeRa. ”RyuIn. Palli masuk dan perkenalkan
dirimu. Jangan hanya memeluk pintu di sana.” Sambung yeoja itu, tangannya
memberi isyarat agar RyuIn segera masuk.
RyuIn mendelik kepada ChaeRa
yang hanya di sambut dengan cengiran-konyol. “Ne,ne.” Yeoja bertubuh gempal itu
berjalan mendekati Sehun yang masih berdiri. Kemudian duduk di salah satu sofa
yang masih kosong.
“Apakah kau tidak pegal
hanya berdiri saja Sehun-ssi?”celetuknya kemudian. Membuat Sehun tersadar
dengan posisinya yang masih berdiri.
“nde, gumawo” ujarnya
setelah berhasil mendudukkan dirinya dengan nyaman. Kemudian menatap keempat
yeoja di hadapannya dengan tampang serius, tapi tetap saja kesen dingin masih
melekat pada wajah tirusnya.
“Nanneun Han Ryu In, aku
seumuran dengan ChaeRa. Aku berada di bangku kuliah sekarang.” Ujarnya dengan
nada ceria-berbeda dengan tadi.
“Cha, sekarang giliranku.
Annyeong! Nanneun Park KyuRi imnida. Oh, kita seumuran rupanya. Namamu tadi sia—“
“Sehun, Oh Sehun imnida”
jawab Sehun cepat.
“Ah, ya ya. Sehun-ssi kau
pindah kemari? Itu berarti ada kemungkinan kita akan sekelas saat di sekolah
nanti.” Cerocos yeoja berambut panjang itu tanpa mengindahkan pandangan aneh
dari ChaeRa dan RyuIn.
Sehun? Namja itu hanya menggut-manggut
tanpa niatan untuk menimpali perkataan KyuRi yang kelewat semangat. Tapi entah
karena apa ia bisa melihat sedikit semburat merah di pipi yeoja itu.
“Yak, SooRa berhenti
memandangku seperti itu!” pekik KyuRi, pasalnya Soora tengah memlototi wajah
KyuRi begitu lekat membuat yeoja itu serasa di kelilingi suasana suram.
“Apa?” jawaban yang bukan
seharusnya!
“Huh, sudahlah cepat
perkenalkan dirimu, kurasa ia sudah jengah dengasnmu sedari tadi.” Timpal
RyuIn.
“Cha SooRa imnida, senang —
—berkenalan
denganmu Oh Sehun”
Tbc
Maaf kalau kalaian rada
gakpaham sama jalan ceritanya, saya harap kalian bisa membcanay dengan pelan
kalau ingin mengerti alur ceritanya bagaimana. Ini eksperiman saya, ahahaha,,
makanya jadi random. Maaf juga kalau pendek dan gaje. Kalau respon bagus FF akan
di lanjut, kalau tidak ya wassalam sampai di sini. Gumawo :D
© ♥♥ 자수라 ♥♥ , Agustus
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar